Berusia 137 Tahun, Ini Alasan Filosofi Pintu Perlintasan KA Sistem Geser di Jogja yang Punya Tradisi Unik

12 Juni 2024, 18:20 WIB
Ilustrasi jalur perlintasan kereta api /Instagram: @rizal_hafiedz_88

 

PRFMNEWS - Inilah sejarah pintu perlintasan kereta api sistem geser di dekat Stasiun Yogyakarta menjadi satu-satunya di Indonesia. Di balik penerapan sistem geser ini, tersimpan makna filosofis yang belum banyak diketahui orang. Kenapa pintu perlintasan KA ini dibuat sistem geser?

Bagi pengguna kereta api (KA) yang turun di Stasiun Yogyakarta atau dikenal Stasiun Tugu dan berjalan kaki menuju Jalan Malioboro, tentu sudah tidak asing lagi dengan keberadaan pintu perlintasan geser untuk lintasan KA menuju arah Stasiun Lempuyangan.

Lokasi pintu perlintasan geser ini berada di sebelah timur Stasiun Yogyakarta yang memisahkan Jalan Mangkubumi dan Jalan Malioboro. Warga sekitar menyebutnya sebagai Perlintasan KA Teteg.
Baca Juga: Cuma 4 Hari, Event Kuliner All You Can Eat Durian di Kota Bandung Cuma Bayar Rp99 Ribu

Pintu perlintasan KA Teteg sudah ada sejak tahun 1887 sehingga pada 2024 berusia sekira 137 tahun. Pada 1887, Stasiun Tugu dioperasikan Belanda oleh SS (Staatsspoorwegen) dan NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij). Awalnya pintu perlintasan ini dibangun dari bahan besi.

“Namun saat Jepang berkuasa pada 1940-an, perlintasan ini diubah menjadi palang pintu geser yang dipertahankan sampai sekarang,” ujar KAI dalam unggahan video di akun Instagram @kai121_, Rabu 12 Juni 2024.

Nilai filosofis yang belum banyak diketahui orang di balik pemilihan sistem geser pada pintu perlintasan ini karena lokasinya berada tepat di sumbu imajiner atau garis lurus yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, dan Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: Tanpa Petugas, Bayar PBB dan Pajak Kendaraan di Bandung Kini Cukup 5 Menit, Praktis Bebas Antre

“Sehingga pintu perlintasan ini sengaja dibuat bergeser agar tidak menghalangi keraton dengan kedua sumbu lainnya, serta sebagai bentuk penghormatan kepada Keraton Yogyakarta,” ungkap KAI.

Perlintasan KA Teteg yang berada pada wilayah KAI Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta menjadi titik padat lalu lintas. Sehingga pintu perlintasan geser ini hanya boleh dilewati oleh pejalan kaki, sepeda, dan becak untuk mengurai potensi kemacetan.

Kendaraan bermotor dari Jalan Mangkubumi yang akan ke Jalan Malioboro harus lebih dulu menuju ke arah timur atau belok kiri, melintas di bawah Jembatan Kewek lanjut memutar ke barat menuju lapangan parkir Abu Bakar Ali, baru belok kiri ke Jalan Malioboro.

Baca Juga: Segera Pindahan, PKL Jalan Ahmad Yani Garut yang Direlokasi Akan Tempati 4 Lokasi Baru

Adapun tradisi unik di pintu perlintasan geser ini adalah pengendara yang menggunakan sepeda maupun becak akan turun dan menuntun kendaraannya menyeberangi jalur rel KA.

“Selain itu ada tradisi unik yang sudah berlangsung lama, di mana pengendara biasanya akan menuntun kendaraannya saat menyeberang,” terang KAI.***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler