PRFMNEWS - Menyentuh angka Rp7.000 triliun, utang negara saat ini menjadi sorotan banyak pihak, terutama para pengamat ekonomi dan kebijakan.
Utang negara saat ini dianggap membahayakan, karena sudah melebihi angka pendapatan negara.
Desas-desus utang negara memang menjadi polemik, versi pemerintah dan pengamat terkadang berbeda angka.
Utang negara saat ini bahkan ada yang katakan sebenarnya sudah melebihi angka Rp7.000 triliun yang disebut oleh pemerintah.
Seorang netizen memaparkan data mengenai angka utang negara yang sudah di angka Rp13.000 triliun.
Awalil Rizky, seorang netizen yang memberikan data melalui akun Twitternya tentang kondisi utang negara saat ini dengan variabel yang lengkap, dia menyebut dengan Utang Sektor Publik (USP).
"Posisi utang sektor publik (Pemerintah, Bank Indonesia, BUMN) per 31 Des 2021: Rp13.448,83 triliun atau 79,25 persen dari PDB (Rp16.970,79 triliun). Posisi USP cenderung meningkat karena kenaikan utang pemerintah dan utang BUMN. Data SUSPI Bank Indonesia belum mencakup seluruh BUMN," tulis Awalil Rizky, dikutip oleh prfmnews.id, Rabu, 6 April 2022.
Tak mau kalah, Said Didu yang merupakan pengamat ekonomi yang lama di dunia BUMN juga turut mencuitkan tentang kondisi utang negara saat ini.
Said Didu mencuitkan kondisi utang dengan melampiri data grafis untuk membalas komentar seorang netizen yang menganggap dirinya hanya membuat framing saja.
Dia memaparkan tentang total utang dari 6 presiden sebelumnya dengan utang pada era Jokowi.
"Data sangat jelas kok. Utang yg dibuat 6 Presiden sebelumnya mulai Bung Karno selama 73 tahun sktr Rp2.600 triliun sementara Pak Jokowi hanya sendiri dan hanya 7 tahun menambah utang menjadi sktr Rp7.000 triliun atau bertambah sktr Rp4.400 triliun, nih datanya," tulis Said Didu, dikutip prfmnews.id, Rabu, 6 April 2022.
Membengkaknya utang negara di era Jokowi membuat dia disebut sebagai "Bapak Utang".
Muslim Arbi, Direktur Gerakan Perubahan, dalam sebuah pemberitaan menyebut kalau Jokowi layak disebut sebagai "Bapak Utang".***