PRFMNEWS - Ruwah dalam masyarakat Jawa diartikan sebagai bulan Syaban di kalender Hijriah.
Biasanya dalam acara ruwahan dipersiapkan beberapa hidangan dan juga membaca doa yang dimaksudkan untuk memohon ampunan. Salah satunya untuk para arwah yang sudah meninggal.
Sebagaimana dilansir dari di kanal YouTube @Al Bahjah TV, Buya Yahya mendapatkan pertanyaan tentang tradisi ruwahan.
Baca Juga: Terjadi Kelangkaan Minyak Goreng, Jokowi Putuskan Pemerintah Subsidi Minyak Kelapa Sawit Curah
Menurut Buya Yahya untuk mendoakan ruh yang sudah meninggal bisa dilakukan kapan saja.
“Kalau yang dimaksud ruh itu adalah orang-orang yang telah meninggal dunia daripada orang-orang beriman yang telah mendahului kita, kemudian kita mendoakan mereka kapan saja kita boleh mendoakannya” kata Buya Yahya seperti dikutip prfmnews.id
Menurut Buya Yahya melakukan tradisi menjelang bulan Ramadhan dengan membuat makanan itu adalah sebuah makna yang besar dan makna yang agung.
Baca Juga: Jurus Sehat Mengatasi Masalah Alergi, Simak Penjelasan dr. Zaidul Akbar Berikut Ini
Bagi yang masih hidup maka bisa dijadikan ajang untuk silaturrahim dan saling memberi, menjadikan momen keakraban sebelum akhirnya memasuki bulan suci ramadhan.
Lalu bagaimana tentang mendoakan orang yang telah mendahului kita?
Hal itu juga diperbolehkan karena niatnya hanya mendoakan dan bahkan dianjurkan.
Baca Juga: Polisi Tangkap Pasutri Asal Bandung, Tersangka Penipuan Jualan Online Fiktif Lewat Instagram
Ketika adanya suatu perkumpulan dengan tujuan dan keyakinan yang salah maka tugas kita yaitu memperbaikinya.
“Selagi perkumpulan tersebut masih bisa diarahkan sesuai dengan syari’at, ya lanjutkan karena itu tradisi yang baik,” ujar Buya Yahya.
Jadi intinya melakukan Ruwahan dengan niat baik yaitu menjalin silaturrahim, saling berbagi, dan mendoakan saudara yang sudah meninggal adalah diperbolehkan dan justru dianjurkan.
Berikut link video chanel YouTube terkait penjelasan Buya Yahya terkait tradisi ruwahan. klik disini