Disebut Langka, Hasil Analisis BRIN Ungkap Fase Pembentukan Angin Puting Beliung di Rancaekek-Jatinangor

- 24 Februari 2024, 06:00 WIB
Angin puting beliung di wilayah Bandung dan Sumedang
Angin puting beliung di wilayah Bandung dan Sumedang /instagram @official.yasmi

PRFMNEWS – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut angin puting beliung yang menerjang kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, merupakan fenomena alam yang langka dan sulit diprediksi kapan terjadi.

Kendati begitu, tanda-tanda dan fase terbentuknya angin puting beliung dapat teramati. Penjelasan mengenai tahapan pembentukan angin puting beliung yang terjadi di Rancaekek dan Jatinangor ini dipaparkan Peneliti Senior Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Satiadi.

Didi Satiadi mengatakan puting beliung yang merupakan fenomena cuaca ekstrem di Rancaekek dan Jatinangor itu memperlihatkan karakteristik sangat kuat. Ditandai dengan area terdampak yang luas menyebabkan bangunan rusak, kendaraan terguling, pohon tumbang dan sebagainya.

Kata Didi, dalam bahasa Inggris, istilah puting beliung dikenal sebagai microscale tornado atau tornado skala kecil. Hal itu lantaran ukuran puting beliung lebih kecil daripada tornado yang biasa terjadi di daerah lintang menengah.

“Fenomena tornado menggambarkan suatu kolom udara yang berputar sangat cepat, mulai dari awan badai hingga mencapai permukaan tanah, dan biasanya berbentuk seperti corong,” ujarnya dalam keterangan tertulis di laman resmi BRIN, Jumat 23 Februari 2024.

Didi menjelaskan berdasarkan hasil analisis awal menunjukkan, penyebab dari kejadian puting beliung di Rancaekek, kemungkinan adalah terjadinya konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah Kabupaten Bandung tersebut pada sore hari.

Kondisi tersebut menyebabkan fase pertumbuhan awan Cumulonimbus (awan Cb) yang sangat cepat dan meluas. Proses pembentukan awan membebaskan panas laten yang selanjutnya meningkatkan updraft (aliran udara ke atas).

Sebaliknya, updraft yang semakin kuat akan menumbuhkan lebih banyak awan. Siklus umpan balik positif ini menyebabkan updraft menjadi semakin kuat dan dapat berputar karena adanya windshear (perbedaan arah/kecepatan angin). Kolom udara yang berputar semakin kuat dapat mencapai permukaan tanah dan menghasilkan puting beliung.

Profesor Riset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan turut menambahkan terkait penyebab kemunculan fase pembentukan puting beliung di Rancaekek. Eddy memaparkan Rancaekek merupakan kawasan yang terletak nyaris di tengah-tengah Pulau Jawa bagian barat.

Halaman:

Editor: Indra Kurniawan


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah