BMKG Ungkap Dampak Fenomena Musim Kemarau Basah di Bandung

- 5 Juli 2022, 21:10 WIB
BMKG Ungkap Dampak Fenomena Musim Kemarau Basah di Bandung
BMKG Ungkap Dampak Fenomena Musim Kemarau Basah di Bandung /Pixabay/sourabhkrisnha806

PRFMNEWS – Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) mengungkap di awal Juli 2022 wilayah Kota Bandung memasuki musim kemarau basah yang terjadi di antara fase pancaroba menuju kemarau.

Fenomena musim kemarau basah di Kota Bandung ini, menurut BMKG berpengaruh terhadap sejumlah dampak perubahan suhu drastis antara pagi, siang, dan malam termasuk terhadap curah hujan.

Staf Data dan Informasi BMKG Kota Bandung Yuni Yulianti menjelaskan, kemarau basah ditandai dengan dominannya tiupan angin muson Australia atau angin muson timur. Kemudian, posisi matahari pun sudah mulai bergerak ke arah utara.

Baca Juga: Suhu Dingin di Dieng Picu Embun Beku, BMKG: Periode Terjadi Selama 1 Dasarian pada Juli 2022

Kondisi yang memicu fenomena kemarau basah itu, kata Yuni, akan berpengaruh terhadap tingkat curah hujan di Kota Bandung masih berpotensi terjadi secara signifikan.

Fenomena kemarau basah juga mempengaruhi suhu lebih dingin saat pagi dan cukup panas di siang harinya.

"Suhu di pagi hari sudah mulai dingin di antara 17,4-19 derajat Celcius diakibatkan dari angin tersebut yang membawa massa udara kering dan dingin. Tapi, siangnya cukup terik antara 29-30 derajat Celcius," jelasnya, dikutip prfmnews.id dari laman Pemkot Bandung pada Selasa, 5 Juli 2022.

Baca Juga: BMKG Ungkap Penyebab Bandung Terasa Dingin di Pagi Hari

Selain itu, lanjut Yuni, tutupan awan sudah mulai berkurang sehingga panas matahari akan lebih cepat dilepaskan. Namun, secara kondisi dinamika atmosfer laut terpantau masih hangat.

"Suhu permukaan lautnya masih cukup hangat, sehingga masih menyuplai uap air yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan awan-awan hujan. Maka di sore menjelang malam pada sebagian wilayah Jawa Barat termasuk di Kota Bandung kerap terjadi hujan," ungkapnya.

Meski masih signifikan, Yuni menuturkan, berdasarkan perhitungan BMKG selama dasarian atau 10 hari berturut-turut terakhir, curah hujan sudah mulai kurang dari 50 mm. Sehingga telah dikategorikan memasuki awal musim kemarau.

Baca Juga: Kapan Kemarau di Bandung? ini Jawaban BMKG

Ia menambahkan, terjadi variabilitas musim atau pergeseran musim yang mengakibatkan waktu dan durasi cuaca mulai berganti. Dulu, pada April-September biasanya sudah masuk pada kategori musim kemarau. Lalu, Oktober-Maret memasuki musim hujan.

"Tapi, ke depan ini sudah mulai mengalami pergeseran musim. Tentu terkait dengan banyak faktor ya, seperti banyak terbentuknya pusat tekanan rendah, terbentuknya sirkulasi siklonik," terangnya.

"Kemudian juga sedikit banyak ada pemanasan global yang mempengaruhi cuaca atau iklim secara keseluruhan," imbuhnya.

Baca Juga: PPKM Jawa-Bali Diperpanjang, 5 Daerah di Jabar Kembali ke Level 2, Kota Bandung Masuk?

Yuni menekankan, pada musim pancaroba ini, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai. Selain potensi hujan yang masih ada, potensi bencana hidrometeorologi juga bisa terjadi terkait dengan perubahan suhu yang cukup signifikan.

"Tiupan angin juga cukup kencang, antara 7-20 km per jam. Dampak terhadap kesehatan juga perlu diwaspadai di masa pancaroba ini," pungkasnya.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah