Kota Bandung Ternak Nyamuk Wolbachia Guna Tekan DBD, Kemenkes: Inovasi ini Aman, Sudah Terbukti Efektif

17 November 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi, Ternak Nyamuk Wolbachia di Kota Bandung //Dok Kemenkes

PRFMNEWS – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri Wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Ujungberung. Inovasi nyamuk Wolbachia atau disebut pula nyamuk Bill Gates ini dinyatakan aman oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan terbukti efektif menekan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kecamatan Ujungberung termasuk dalam 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung pada tahun 2022 sehingga dijadikan Pilot Project Wolbachia di Kota Kembang melalui program bernama “Ce Woli Jawara” (Cegah DBD, Wolbachia Jagi Wargi Bandung Juara).

Terdapat 5 kelurahan yang menjadi Pilot Project Wolbachia di Ujungberung, antara lain pertama dilakukan di Kelurahan Pasanggrahan, selanjutnya akan diterapkan di Kelurahan Pasir Endah, Kelurahan Cigending, Kelurahan Pasirwangi, dan Kelurahan Pasirjati.

Baca Juga: Bhayangkara FC Angkat Bicara Soal Perekrutan Putu Gede dan Witan, Semuanya Sesuai Prosedur

Lantas, benarkah nyamuk Wolbachia ini adalah hasil rekayasa genetik dan masih tahap uji coba sehingga memiliki risiko bahaya menularkan virus penyebab penyakit tertentu pada manusia?

Kemenkes menjelaskan bahwa inovasi teknologi Wolbachia untuk menurunkan penyebaran DBD di Indonesia bukan lagi tahap uji coba, sebab proyek ini juga telah dilaksanakan di 9 negara dan hasilnya terbukti efektif mencegah DBD. Negara tersebut adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Teknologi Wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional). Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di 5 kota, yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 Tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia Sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.

Baca Juga: Kabar Baik! Bus Trans Metro Pasundan Koridor 1 dan 4 Tambah Jam Operasional

Efektivitas Wolbachia telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi Yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melalui fase persiapan dan pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

Bakteri Wolbachia dapat diperbanyak dengan cara mengawinkan nyamuk yang sudah memiliki bakteri tersebut dengan nyamuk yang tidak memilikinya. Wolbachia dapat melumpuhkan virus Dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus Dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Jika Aedes aegypti jantan ber-Wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina, maka virus Dengue pada nyamuk betina akan terblok karena telur tidak akan menetas. Sebaliknya, jika yang ber-Wolbachia nyamuk Aedes aegypti betina dan kawin dengan nyamuk jantan yang tidak ber-Wolbachia, maka seluruh telurnya akan menetas dan mengandung Wolbachia.

Baca Juga: Target Pemkot Bandung, Angka Prevalensi Stunting Capai 14 Persen Tahun Depan

Adapun penerapan teknologi Wolbachia ini adalah dengan menyuntikkan bakteri Wolbachia ke telur nyamuk Aedes aegypti, sehingga menetas menjadi nyamuk dewasa.

Jika nyamuk tersebut menggigit pengidap virus demam berdarah, maka virus yang dihisap si nyamuk akan mati dengan peran bakteri Wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tersebut tidak akan bisa menyebarkan virus demam berdarah ke tubuh manusia lain.

Sebelumnya, uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada 2022. Hasilnya, di lokasi yang telah disebar nyamuk Wolbachia terbukti menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86%.

“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015 – 2022) berada di bawah garis minimum,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani, dikutip prfmnews.id dari laman resmi Kemenkes, Jumat 17 November 2023.

“Masyarakat pada awalnya memang ada kekhawatiran karena pemahaman dari masyarakat itu nyamuk ini dilepas kok bisa mengurangi (DBD). Tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD,” ujar Lurah Patangpuluhan Yogyakarta Sigit Hartobudiono menambahkan penjelasan Emma.

Baca Juga: Lama Tak Bermain, Begini Kondisi Febri Hariyadi Sekarang yang Sudah Mulai Pulih dari Cedera

Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes R.A. Adaninggar Primadia Nariswari menambahkan bahwa masyarakat tak perlu khawatir soal penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia yang dilakukan untuk menekan angka DBD di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Apa benar nyamuk ini hasil rekayasa genetik? Kalau sudah mikir genetik pasti sudah mikir macam-macam, padahal sebenarnya nyamuk ini atau yang nanti disebarkan nggak ada rekayasa genetik," paparnya, dikutip prfmnews.id dari ANTARA, Jumat 17 November 2023.

Wanita yang akrab disapa dr. Ningz itu menyebutkan bakteri Wolbachia merupakan bakteri alami yang sebenarnya terdapat pada 60 persen jenis serangga seperti lalat, ngengat, capung, dan kupu-kupu.

"Ini adalah bakteri yang alami ada, jadi nggak dibuat-buat," ucapnya.

Baca Juga: Detik-detik Firli Bahuri Sembunyi Muka di Mobil Usai Diperiksa Polisi, Ada Insiden Tak Terduga

"Nggak ada yang rekayasa genetik, baik dari nyamuknya maupun Wolbachia-nya, karena semua prosesnya alami, baik dari Wolbachia-nya maupun proses regenerasi atau perkembangbiakan nyamuknya juga alami," imbuh dia.

Kendati demikian, keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian Dengue yang telah ada di Indonesia. Masyarakat tetap diminta untuk melakukan gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang, serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler