Kini Jadi Gedung Bank, Gedung De Vries Ternyata Toko Serbaada Pertama di Kota Bandung

20 Januari 2022, 09:00 WIB
Arus lalu lintas di Jalan Asia Afrika Kota Bandung pada Jumat 1 Januari 2021 pagi terpantau lengang. /prfmnews

PRFMNEWS - Bagi anda yang kerap melintas di Jalan Braga menuju jalan Asia Afrika Kota Bandung pasti kerap melihat Gedung megah berornamen art deco yang kini menjadi gedung salah satu bank swasta.

Namun siapa sangka, meski kini menjadi bangunan sebuah bank, ternyata dulunya Gedung De Vries merupakan toko serbaada pertama di kota Bandung.

Dikutip dari laman resmi bandung.go.id, Gedung De Vries merupakan sebuah toko serbaada pertama di kota Bandung yang dikelola oleh seorang warga Belanda beranama Andreas de Vries.

Andreas de Vries yang datang ke Bandung pada 1899, dan tercatat sebagai penduduk Eropa ke 1.500 di Kota Bandung.

Baca Juga: Mengenal Strategi Hybrid Bank yang Diterapkan BRI Demi Capai Hasil Positif

Pada awal kedatangannya, Andreas membuka toko kelontong kecil di tepi Jalan Raya Post (Grote Postweg), tepatnya di sebelah utara Alun-Alun (sekarang Gedung BRI).

Namun saat usahanya mulai mau, dia memindahkan toko bisnisnya itu ke Gedung yang kini bernama Gedung De Vries itu.

Pada saat itu dia menyewa bangunan yang berlokasi di sebelah barat Hotel Homann dan memindahkan bisnisnya.Toko De Vries yang merupakan toko serbaada pertama di Kota Bandung kemudian terkenal sampai seantero kota.

Sebelum menjadi Toko De Vries, di lahan ini berdiri rumah Belanda, bergaya arsitektur Indis, dengan beberapa pilar di muka gedung.

Baca Juga: Kabar Baik, Mulai Hari Ini Pemerintah Tetapkan Satu Harga Minyak Goreng Rp14 Ribu per Liter di Seluruh Daerah

Pada 1879, gedung ini digunakan oleh Societeit Concordia, yang merupakan nama perkumpulan Preangerplanter (pengusaha perkebunan di Priangan), dan kaum elite Kota Bandung.

Pada 1895, Societeit Concordia pindah ke gedung di seberang jalan (sekarang Gedung Merdeka), dan gedung lama diubah menjadi Toko De Vries.

Toko serbaada kepunyaan Tuan de Vries ini menyediakan berbagai barang kebutuhan, seperti makanan, kain, sepatu, dan obat-obatan. Beberapa di antaranya ditulis pada kusen, seperti sigaren (cerutu), kunst boek en apierhandel (toko kesenian, buku, dan kertas). landbouwbenodigdheden (keperluan pertanian), venduhouders (balai lelang), dranken provisien (minuman beralkohol), porcelein glass (barang pecah belah), meubelen (mebel).

Baca Juga: Curhatan Intan Ayu Setelah Tereliminasi dari X Factor Indonesia, Intan: Bangga

Menurut pendapat lain, de Vries tak hanya merupakan toko serbaada, tetapi sejenis mal pertama di Kota Bandung. Area berjualan di Toko De Vries pernah disewa oleh toko pakaian, toko daging, dan toko mobil.

Sosialita Kota Bandung saat itu banyak yang menjadi langganan Toko De Vries. Keberadaan toko serba ada ini diduga menjadi salah satu pemicu perkembangan Jalan Braga sebagai kawasan atau pusat perbelanjaan.

Gedung De Vries pernah mengalami pemugaran pada 1909 dan 1920. Urusan rancangan gedung diserahkan kepada biro arsitek Edward Cuypers Hulswit. Di sebelah timur, dibangun sebuah menara yang masih ada hingga saat ini.

Memasuki dasawarsa pertama abad ke-20, kejayaan toko serbaada ini mulai surut, setelah bermunculan toko-toko baru yang lebih besar dan lebih lengkap, salah satunya Toko Onderling Belang di Jalan Braga (1913).

Baca Juga: Sungguh Mulia, Polisi di Garut ini Bantu Tingkatkan Perekonomian Warga Binaan lewat Ternak Bibit Domba

Setelah kemerdekaan, bangunan bekas Toko De Vries sempat ditempati oleh Studio Foto Goodland, lalu Restoran Pepping, dan Restoran Padang. Kemudian pada era 1990-an tidak difungsikan, dan berada dalam keadaan tidak terurus. Pada 2005, gedung ini beralih kepemilikan pada OCBC NISP.

Hingga 2008, Gedung De Vries masih tampak telantar. Baru pada 2010, OCBC NISP mendapat “lampu hijau” dari pemerintah untuk merenovasi tanpa mengubah bentuk asli bangunan cagar budaya tersebut.

Pada 29 April 2011, Gedung De Vries diresmikan sebagai kantor OCBC NISP Tbk. Tak semua ruangan difungsikan sebagai area operasional bank. Bagian lantai dasar Gedung De Vries dijadikan museum kecil yang berisi barang antik, seperti alat-alat perbankan yang digunakan pada zaman dahulu. Museum ini sedang dipertimbangkan dibuka untuk umum.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler