Wakil Wali Kota Bandung Sambangi Tempat Pengolahan Sampah RDF yang Diklaim Bisa Ganti Batu Bara

17 Juni 2021, 16:10 WIB
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengunjungi tempat pengolahan sampah PT Tekno Inovasi Asia (TIA) yang mengelola sampah menjadi refuse-derived fuel (RDF) di Jln. Jend. A.H. Nasution, Kamis 17 Juni 2021. /TOMMY RIYADI-PRFM

PRFMNEWS – Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengunjungi tempat pengolahan sampah PT Tekno Inovasi Asia (TIA) yang mengelola sampah menjadi refuse-derived fuel (RDF) di Jln. Jend. A.H. Nasution, Kamis 17 Juni 2021.

Menurut Yana, sampah RDF tersebut diklaim bisa menjadi pengganti batu bara. RDF sendiri merupakan sampah yang mudah terbakar dan telah mengalami pemilahan dan proses pencacahan.

Dalam kunjungannya, Yana didampingi Kepala Dinas Lingkungah Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi.

Baca Juga: Jika Tak Ada Kegiatan Mendesak, Pemkot Minta Warga Bandung Hentikan Aktivitas Mulai Jam 7 Malam

“Ada yang menjadi RDF dengan kalori tinggi 3.500, ini bisa sebagai substitusi pengganti batu bara. Kemudian ada yang diolah menjadi maggot, ada yang diolah menjadi kompos, ada yang diolah menjadi kompos cair,” kata Yana saat ditemui di PT Tekno Inovasi Asia (TIA), Kamis 17 Juni 2021.

Ia berharap dengan adanya pengelolaan sampah ini dapat mengurangi produksi sampah di Kota Bandung.

Bahkan, ia menyebut karakteristik sampah di pasar-pasar Kota Bandung cocok untuk menjadi bahan baku RDF.

Baca Juga: CEK FAKTA: Ketua MUI Kota Bandung Kyai Miftah Faridl Meninggal Dunia?

“Kita akan coba jajaki, apakah bisa terjalin kerja sama, jadi kita minta disimpan satu alat di TPS milik Pemkot Bandung, mereka melakukan pengolahan di situ. Jadi harapannya, pengelolaan sampah itu habis di lokasi, nanti hasil produksinya itu dijual oleh teman-teman yang memiliki teknologi,” tambahnya.

Menurut Yana, harga yang dikeluarkan pun masih jauh di bawah harga batu bara. Sehingga dapat mengurangi ongkos produksi.

“Ada yang ke pabrik tahu, ada yang ke tekstil. Dijualnya per ton, masih di bawah Rp1 juta per tahun,” jelasnya.

“Pangsa pasarnya besar dan harga jualnya itu cukup bagus, lebih murah dari batu bara, tapi cost product-nya tidak tinggi,” tutupnya.***

Editor: Haidar Rais

Tags

Terkini

Terpopuler