Dampak Konflik Rusia-Ukraina untuk Indonesia: Harus Cari Sumber Gandum Baru

27 Februari 2022, 09:50 WIB
Rekaman menunjukkan sebuah rudal menghantam sebuah bangunan perumahan di Kyiv, Ukraina. /Mirror/REUTERS


PRFMNEWS - Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Krisna Gupta menilai pemerintah perlu mengantisipasi harga pangan khususnya komiditi gandum dari konflik Rusia-Ukraina.

Pasalnya, Ukraina adalah sumber gandum yang cukup besar di dunia dan memasok sekitar 23,51 persen untuk Indonesia pada 2020.

"Konflik ini akan berpengaruh besar pada harga pangan di Indonesia dan Indonesia harus segera mencari sumber gandum dan pupuk baru secepatnya untuk membatasi kenaikan harga pangan," kata Krisna dikutip dari ANTARA, Minggu 27 Februari 2022.

Baca Juga: Perang Rusia dan Ukraina Dikecam oleh Cristiano Ronaldo, Begini Katanya

Konflik antara keduanya, terutama setelah sanksi yang diberikan Amerika Serikat ke Rusia, dinilai akan mengakibatkan terganggunya suplai bahan makanan dan energi.

Lebih parahnya, ketahanan pangan global juga sudah mengalami tantangan sebelum invasi Rusia ke Ukraina dimulai, yakni akibat pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.

Kondisi itu menyebabkan penurunan jumlah produksi dan ketidakpastian musim tanam.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky: Kami Akan Membela Negara

"Konflik global akan memberikan tantangan terhadap inflasi, terutama produk pangan dan energi. Indonesia harus memanfaatkan G20 untuk bersama-sama membangun rantai nilai yang lebih resilien atau tahan banting dan membatasi meluasnya dampak perang Rusia-Ukraina," paparnya.

Indonesia tercatat mengimpor gandum dalam jumlah besar dari Ukraina, dengan rincian sebesar 2,99 juta ton pada 2019 dan 2,96 juta ton di 2020, atau sekitar 25 persen dari total impor biji gandum Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Presiden Ukraina Zelensky, Komedian yang Berhasil Memenangkan Pemilu dengan Suara 73 Persen

Sementara Ukraina tercatat mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia dengan nilai sebesar 139 juta dolar AS pada 2019.***

Editor: Rizky Perdana

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler