Pandemi Corona Menguji Ketahanan Keluarga

15 Mei 2020, 18:30 WIB
Ilustrasi seorang ibu menegur sang anak //Dok PRFM.

BANDUNG, (PRFM) – Hari keluarga Internasional yang jatuh tiap 15 Mei kali ini dirayakan di tengah masa pandemi Virus Corona (Covid-19) pada tahun ini.

Betapa tidak, pandemi corona berdampak pada kehidupan masyarakat yang harus tinggal di rumah selama 24 jam penuh demi pencegahan virus.

Ketahanan keluarga pun saat ini diuji oleh pandemi Virus Corona (Covid-19) yang melanda dunia bahkan di Indonesia.

Menurut Pakar Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, Hari keluarga Internasional bisa menjadi momen spesial di masa pandemi corona untuk saling mengenal lebih dalam antar anggota keluarga.

Baca Juga: Ema Sumarna Tegaskan ASN Pemkot Bandung Dilarang Mudik

“Ini merupakan momen special, supaya kita bisa kembali mengingat bahwa ada sesuatu yang penting untuk kita perhatikan dan buat baik. Di massa pandemi ini, kita bisa kembali lagi ke keluarga, secara maksimal,” tuturnya saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Jumat (15/5/2020).

Kendati demikian, Anna menyatakan pandemi corona juga menjadi momen krusial bagi sebuah keluarga agar bisa mengatasi dinamika dan permasalahan yang selama ini belum muncul karena kesibukan masing-masing.

“Dengan adanya pandemi ini, satu saja anggota keluarga sakit akan berpengaruh pada seluruh keluarga. Ini dampaknya bisa menjadi stres. Nah stres ini bisa bermuara ke amarah kepada pasangan, atau kepada anak. Hal ini membuat situasi keluarga menjadi tidak nyaman. Kalau situasi ini tidak ditangani dengan baik oleh keluarga tesebut, maka bisa menimbulkan yang lebih berat hari di kemudian hari,” imbuhnya.

Anna menjelaskan, terpusatnya aktivitas harian di rumah membuat sikap anggota keluarga yang selama ini tak terperhatikan, kini menjadi nampak. Tanpa komunikasi baik, hal itu rentan memicu pertikaian antar anggota keluarga.

Baca Juga: Slovenia jadi Negara Eropa Pertama yang Umumkan Berakhirnya Pandemi Corona

Menurut data yang dihimpun Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, terdampat beragam masalah keluarga saat pemerintah mulai menganjurkan akan masyarakat untuk mengurangi aktivitas luar rumah.

Akibatnya, tidak sedikit kepala keluarga yang pengahsilannya berkurang, bahakan kehilangan pekerjaan. Selain itu kesibukan yang meningkat sebagai dampak bekerja, sekola dan beribadah dari rumah, menyebabkan sebuah keluarga dilanda masalah-masalah baru.

“Kalau situasi ini tidak ditangani dengan baik oleh keluarga tesebut, maka bisa menimbulkan yang lebih berat hari di kemudian hari,” tambah Anna.

Baca Juga: Faskes Wajib Patuhi Ketentuan Kontrak Kerja Sama Dengan BPJS Kesehatan

Dijelaskan Anna, masyarakat Indonesia bisa memetik kesempatan baru untuk memperbaiki dinamika keluarga. Pasalnya dengan lebih banyak beraktivitas di rumah, para anggota keluarga akan semakin mengenal satu sama lain dan mengetahui sikap dan sifat masing-masing.

“Kita menjadi semakin tahu celah-celah untuk menyikapi masalah. Akhirnya adalah komunikasi antar anggota keluarga menjadi lebih nyaman antara satu anggota keluarga dengan satu anggota keluarga lainnya,” pungkas Anna.

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler