BMKG: Waspada Hujan Lebat-Gelombang Tinggi Masa Natal dan Tahun Baru di Sejumlah Wilayah, Termasuk Jabar

21 Desember 2022, 13:56 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem /PRFM


PRFMNEWS - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem pada seminggu ke depan, mulai Rabu 21 Desember 2022.

BMKG menyatakan sepekan ke depan yang sudah memasuki periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022/2023, sejumlah wilayah Indonesia berpotensi hujan lebat hingga gelombang tinggi di kawasan perairan.

Potensi siaga cuaca ekstrem hujan lebat dan gelombang tinggi mulai 21 sampai 27 Desember 2022 yang bertepatan dengan memasuki masa Natal dan Tahun Baru ini diungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Baca Juga: Pengamanan Masa Nataru, Pemkot Bandung Siapkan Petugas di Terminal, Gereja hingga Tempat Wisata

Kepala BMKG menjelaskan, pada periode sepekan ke depan saat masa Nataru 2022/2023, terdapat potensi signifikan dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia.

Dwikorita menyebut, berdasarkan platform informasi Prakiraan Berbasis Dampak BMKG, pada 21 – 23 Desember 2022, beberapa wilayah perlu mewaspadai terjadinya cuaca ekstrem, yakni sebagian wilayah Aceh, sebagian wilayah Sumatera Utara, sebagian wilayah Riau, sebagian wilayah Jawa Barat.

Kemudian juga sebagian wilayah Jawa Tengah, sebagian wilayah Jawa Timur, sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur, sebagian wilayah Kalimantan Barat, sebagian wilayah Kalimantan Timur, sebagian wilayah Kalimantan Utara, sebagian wilayah Maluku, dan sebagian wilayah Papua.

Baca Juga: Ridwan Kamil: Jabar-DKI Kolaborasi Atasi Banjir di Perbatasan

“Khusus untuk tanggal 24 Desember 2022, potensi siaga dari prakiraan berbasis dampak perlu diwaspadai di sebagian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,” ujarnya, Selasa 20 Desember 2022.

Dwikorita juga menyampaikan, potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode 25 Desember 2022 – 1 Januari 2023 perlu diwaspadai di beberapa wilayah.

Ia menyatakan, hujan lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Baca Juga: Menhub Ungkap Libur Nataru Kali Ini Tidak Ada Pergerakan Mobilitas

Selanjutnya, ia meminta masyarakat mewaspadai potensi hujan sedang hingga lebat di wilayah Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Dwikorita juga mengingatkan masyarakat agar mewaspadai potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada periode 23 – 27 Desember 2022.

“Kategori tinggi gelombang 4,0 hingga 6,0 meter di Samudra Hindia selatan Banten, Samudra Hindia selatan Jawa Barat, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia selatan Jawa Timur, Samudra Hindia selatan Bali, Laut Natuna Utara, Selat Makassar bagian selatan,” paparnya.

Baca Juga: Kenaikan Tarif Masuk TN Komodo Batal, Sandi Uno Maksimalkan Kunjungan Wisatawan ke Labuan Bajo

Sedangkan kategori tinggi gelombang 2,5 hingga 4,0 meter berpotensi terjadi di Perairan Aceh, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Bali, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Sunda, Perairan selatan Banten, Perairan selatan Jawa, Perairan selatan Bali.

Kemudian Perairan selatan Lombok, Perairan selatan Sumbawa, Perairan P. Sumba, Perairan barat Sulawesi Selatan, Selat Makassar bagian utara, Perairan Halmahera, Laut Arafuru bagian barat, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat, dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur.

Untuk menghindari dampak buruk akan potensi cuaca ekstrem pada periode tersebut, Dwikorita meminta pihak-pihak terkait untuk melakukan sejumlah persiapan atau upaya antisipasi, antara lain:

1. Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih massif.

3. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.

4. Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi).

5. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antarpihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.

“Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut,” pesannya.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler