Beberapa kelompok hak asasi manusia mengecam perintah tersebut dan memperingatkan bahwa potensi pemindahan paksa penduduk sipil merupakan pelanggaran hukum internasional.
Banyak warga Palestina mengatakan mereka tidak akan mengindahkan perintah tersebut.
“Perasaannya adalah tidak ada harapan, tidak ada yang peduli dengan Gaza atau apa yang terjadi pada masyarakatnya,” kata warga Gaza, Mansour Shouman.
“Jika kami mati disini, kami akan mati di rumah kami sendiri. Kita akan mati di utara atau selatan. Kami akan mati dengan kepala tegak, berdiri di atas tanah kami, berdiri dengan hak-hak kami dan berpegang teguh pada keyakinan kami,” sambungnya.
Baca Juga: Tim SAR Terus Lakukan Pencarian Terhadap Nelayan yang Sudah Lima Hari Hilang di Perairan Cibalong
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Jumat bahwa setidaknya 1.800 orang – lebih dari setengahnya adalah perempuan atau orang di bawah usia 18 tahun – tewas ketika Israel melancarkan serangan udara yang meratakan seluruh lingkungan di Gaza.
Hamas telah meminta masyarakat untuk tetap tinggal di sana, dan banyak warga di wilayah tersebut yang percaya bahwa tidak ada tempat aman yang bisa mereka datangi.
“Keterikatan terhadap penduduk sipil di Gaza semakin ketat. Bagaimana 1,1 juta orang bisa melintasi zona perang yang padat penduduknya dalam waktu kurang dari 24 jam?” tulis Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths.
Baca Juga: Nyaris 400 Ribu Konten Judi Online Diblokir Pemerintah Indonesia
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan tentara dan tank Israel pada hari Jumat melakukan serangan darat pertama mereka ke Gaza sejak pejuang Hamas melakukan serangan dahsyat di Israel selatan pada hari Sabtu, menewaskan sedikitnya 1.300 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang.