21 Halte TMB Dibongkar, Dewan: Bentuk Buruknya Perencanaan

26 Juli 2022, 17:14 WIB
Ilustrasi halte.** /Dok PRFM.

 

PRFMNEWS - Dinas Perhubungan (Dishub) kota Bandung memutuskan untuk membongkar sekira 21 shelter (halte) Trans Metro Bandung (TMB). Pembongkaran dilakukan dengan berbagai pertimbangan, diantaranya sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Berkenaan dengan hal tersebut, anggota Komisi C DPRD kota Bandung, Folmer Siswato Silalahi menilai, kebijakan tersebut menunjukkan buruknya perencanaan pembangunan shelter TMB yang diantaranya ada yang dibiayai APBD. Namun Folmer juga mengingatkan pembongkaran jangan didasari alasan alih fungsi shelter jadi tempat tinggal PMKS sehingga kumuh.

"Bisa disebut gagal perencanaan, mungkin waktu itu kita hanya memikirkan shelter ini menjadi bagian dari elemen kota modern. Seolah-olah kota modern atau kota yang maju itu harus ada shelter," jelas Folmer ditemui di Gedung DPRD kota Bandung, Selasa 26 Juli 2022.

Baca Juga: Shelter dan JPO Seperti Barang Rongsok, Pemkot Bandung Segera Evaluasi Dishub

Folmer melanjutkan, keberadaan shelter tetap dibutuhkan, karena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sisi transportasi publik di Kota Bandung.

"Apakah memang shelter itu tidak diperlukan lagi sebagai bagian sarana prasarana transportasi publik? Atau posisi shelter nya yang tidak tepat ? Atau juga desain bentuk shelter kita tidak nyaman untuk penumpang atau konsumen yang akan menggunakan transportasi publik," kata Folmer.

Dalam referensi Folmer, perkembangan transportasi umum di kota Bandung berbasis rute, usianya sudah belasan tahun. Dengan pertumbuhan kota yang dinamis, masyarakat yang semula mengandalkan transportasi publik seperti angkot maupun TMB mulai bergeser.

Baca Juga: Usai Bongkar JPO di Depan Kantor Pos, Pemkot Bandung Akan Revitalisasi Shelter Bus

"Sekarang sudah banyak alternatif, banyak pilihan. Kita juga harus bisa mengantisipasi itu, dan salah satu langkah yang harus dilakukan berbarengan dengan revitalisasi shelter adalah re ruting dan re tuling dari angkutan-angkutan moda," jelasnya.

Dengan kata lain, pembangunan shelter saat ini harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk pejalan kaki yang butuh trotoar.

"Ini perlu ada design solution, karena shelter ini sifatnya tidak permanen, mobile jadi bisa di majukan dimundurkan atau dipindahkan titik nya sesuai dengan perkembangan situasional. Kedua, shelter harus memiliki nilai tambah untuk penumpang yang akan menggantikan moda transportasi nya dari sider ke TMB dan lainnya. Itu fungsi-fungsi edukasi harus ada disana," katanya.

Baca Juga: Daftar Lokasi Halte Naik dan Turun Trans Metro Pasundan Bandung di 5 Koridor secara Gratis

Folmer mencontohkan, shelter di Jakarta sudah lebih modern bahkan lebih nyaman. Ada fasilitas pendingin udara, di beri jaringan internet WiFi gratis untuk masyarakat yang menunggu.

"Karena masyarakat kalau menunggu angkot, TMB, 5 sampai 10 menit kadang-kadang akan butuh komunikasi melakukan aktivitas. Sehingga shelter itu bisa menjadi nilai tambah penumpang," bebernya

"Disetiap shelter harus bisa iconic, merupakan daya tarik misalnya tempat-tempat sharing menjadi salah satu bentuk bahwa kita memfasilitasi orang-orang yang ingin melanjutkan perjalanan jauhnya dengan transportasi publik," tandas Folmer.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler