CEK FAKTA : Benarkah Nyamuk Wolbachia Membawa Virus LGBT?

20 Desember 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi, Ternak Nyamuk Wolbachia di Kota Bandung //Dok Kemenkes

PRFMNEWS - Akhir-akhir ini isu nyamuk Wolbachia buatan Bill Gates yang merupakan rekayasa genetik viral di media sosial. Narasi yang berkembang, Bill Gates membentuk nyamuk Wolbachia untuk menimbulkan genetik lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menegaskan bahwa informasi tentang nyamuk ber-Wolbachia dapat membawa virus LGBT tidak benar atau hoaks.

"Ada disinformasi bahwa nyamuk akan masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan LGBT. Kalau itu benar, tentu nyamuk ber-Wolbachia harus masuk ke dalam tubuh manusia, padahal secara referensi itu tidak bisa terjadi, karena Wolbachia hanya hidup di tubuh serangga, kalau keluar dari sel dia bisa mati," katanya seperti dilansir PRFMNEWS dari ANTARA, Rabu, 20 Desember 2023.

Baca Juga: Penerapan Metode Wolbachia untuk Cegah DBD Dapat Dukungan Penuh Pemdaprov Jabar

Imran menyebutkan, teknologi Wolbachia ini adalah pelengkap program pengendalian dengue yang sudah ada, seperti pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus, gerakan satu rumah satu jumantik, atau kelompok kerja operasional (pokjanal) khusus demam berdarah.

Adapun fokus penyebaran nyamuk ber-Wolbachia ini dilakukan fokus pada enam kota, yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, Kupang, dan Denpasar.

Imran menambahkan, nyamuk ber-Wolbachia dapat menurunkan kebutuhan penyemprotan atau fogging hingga 83 persen.

"Tahun 2023 ini ada daerah yang menganggarkan 125 kali penyemprotan, tetapi sampai November hanya digunakan sembilan kali, jadi alokasi anggarannya bisa dilakukan untuk yang lain," ujar dia.

Baca Juga: Pemkot Bandung Klaim Program Nyamuk Wolbachia Aman untuk Tekan Kasus DBD

Ia menegaskan, sudah dilakukan studi kepada masyarakat yang di sekitarnya sudah mendapatkan nyamuk ber-Wolbachia.

Hasil studi disampaikan oleh Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dr. Riris Andono Ahmad.

"Di Sleman dan Bantul, Yogyakarta, kami ambil sampel darah, karena kalau ada virus masuk ke dalam tubuh, kan tubuh otomatis membentuk antibodi. Dari sekian banyak sampel darah warga yang kami ambil, tidak ada satu pun yang ditemukan ada antibodi melawan Wolbachia di dalam tubuhnya," ujar Andono.

Andono mengemukakan, penerapan nyamuk ber-Wolbachia ini lebih tepat dilakukan di kota-kota padat penduduk, karena nyamuk juga memiliki batas terbang.

Ia juga memaparkan, berdasarkan hasil studi yang dilihat dari jurnal medis Inggris, efektifitas penerapan nyamuk ber-Wolbachia di suatu komunitas masyarakat dapat mengurangi insiden kasus demam berdarah dengue (DBD) sebesar 77 persen, sekaligus mengurangi kapasitas rawat inap di rumah sakit akibat DBD sebesar 86 persen.

Baca Juga: Sederet Persiapan Pemkot Bandung Guna Pastikan Keamanan dan Kenyamanan Masyarakat Selama Libur Nataru

"Bahkan di Niteroi, Brasil, juga sudah berhasil menurunkan kasus chikungunya secara bermakna sebesar 56 persen, juga mengurangi risiko akibat virus zika sebesar 37 persen," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, juga menyebutkan klaim yang beredar tentang nyamuk Wolbachia menimbulkan genetik LGBT tidak benar.

"Wolbachia sendiri adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga, terutama nyamuk, kecuali nyamuk Aedes Aegypti," katanya.

Nadia menerangkan bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue, sehingga apabila ada nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resisten, sehingga tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.

"Hingga saat ini tidak ditemukan klaim valid yang menyatakan bahwa penyebaran nyamuk Wolbachia untuk membentuk genetik LGBT di masyarakat," tegasnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler