Gaduh Rekayasa Genetik Nyamuk Wolbachia, Ini Penjelasan Kadinkes Jabar

- 23 November 2023, 07:01 WIB
Ilustrasi nyamuk.
Ilustrasi nyamuk. /lksuperboy/Pixabay

PRFMNEWS - Gaduh tentang rekayasa genetik nyamuk Wolbachia, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jawa Barat Vini Adiani Dewi menyatakan tidak ada rekayasa genetika terkait nyamuk Wolbachia.

Vini mengatakan, pada dasarnya Wolbachia merupakan bakteri yang dimiliki oleh beberapa jenis serangga.

Ia juga mengatakan, dari beberapa ilmu yang didapatkannya, bakteri Wolbachia itu merupakan bakteri alami yang ada pada sekitar delapan serangga dengan salah satunya lalat limbah.

Baca Juga: Kota Bandung Ternak Nyamuk Wolbachia Guna Tekan DBD, Kemenkes: Inovasi ini Aman, Sudah Terbukti Efektif

"Dari beberapa ilmu yang saya dapatkan, Wolbachia itu merupakan bakteri alami yang ada di beberapa serangga. Serangga yang memiliki Wolbachia di tubuhnya itu kalau tidak salah ada delapan, salah satunya serangga yang biasa kita sebut rametuk, itu salah satu serangga yang mengandung Wolbachia," jelasnya dikutip dari ANTARA.

"Nah ternyata setelah diselidiki jika nyamuk Aedes Aegypti diberi bakteri Wolbachia maka si virus itu tidak hidup. Jadi tidak ada rekayasa genetik karena bakterinya (adalah) bakteri alamiah, hanya dipindahkan dari tubuh serangga lain ke tubuh nyamuk Aedes Aegypti," sambungnya.

Dalam keterangannya, Vini juga mengungkapkan persiapan penerapan pemutusan rantai penularan virus Demam Berdarah (DBD) di Kota Bandung sudah dipersiapkan sejak tahun 2021.

Baca Juga: Pro Kontra Nyamuk Wolbachia “Bill Gates” Guna Tekan Kasus DBD, Pakar Kesehatan Ungkap Fakta ini

Diterapkan di beberapa daerah

Seperti diketahui, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, selain Jakarta Barat (DKI Jakarta), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT) Kota Bandung juga menjadi daerah proyek percontohan pengembangbiakan nyamuk Wolbachia.

"Jadi sebetulnya penerapan pemutusan rantai penularan DBD itu di Kota Bandung sudah dilaksanakan sejak tahun 2021 persiapannya. Jadi sudah dilatih petugas, beberapa masyarakat dan sudah keluar Permenkes juga," ungkap Vini

Meski demikian, Vini menegaskan masih akan menunggu arahan pemerintah pusat dalam pengembangbiakan Nyamuk Wolbachia di tiap kota/kabupaten di Jabar, terlebih masih ada polemik terkait hal ini.

Baca Juga: Demi Pencegahan Penyakit DBD, Pemkot Bandung Perkuat Implementasi Wolbachia

"Ini kan sebetulnya strategi nasional jadi pada prinsipnya kami menunggu arahan pusat dan arahan pimpinan ke depannya. Sementara ini memang diantara kota/kabupaten (DBD) tertingginya itu adalah Kota Bandung yang juga sudah komitmen untuk melaksanakannya," ujarnya.

Yang pasti, kata dia, apabila pengembangbiakan Wolbachia bermanfaat bagi kesehatan khalayak banyak Pemprov Jabar akan mendukung program tersebut.

"Kalau itu bermanfaat kenapa tidak, kita amit-amit misalnya kena TBC lebih tenang karena sudah ada obatnya tinggal bagaimana kita mengobati dengan baik Tipes atau Demam Tifoid sudah ada obatnya tapi kalau DBD kan belum ada," tuturnya.

Berdasarkan cara kerjanya, Vini berpendapat pengembangbiakan Wolbachia lebih baik dari pada menggunakan sistem fogging karena dapat mempengaruhi sistem kekebalan nyamuk menjadi lebih kebal, sehingga kurang efektif.

Baca Juga: Profesor di Indonesia Berhasil Kurangi Penularan DBD dengan Menyebar Bakteri Wolbachia

"Kalau ini alamiah. Orang berpikiran nyamuk tetap ada betul karena itu alur rantai makanan jadi insya allah ini tidak akan merusak siklus rantai makanan," ucapnya.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menilai penggunaan nyamuk Wolbachia untuk memutus mata rantai DBD aman karena telah melalui berbagai pengujian klinis secara ilmiah oleh Kementerian Kesehatan.

"Itu sudah melalui uji sebetulnya dan tujuannya baik, tentunya kita jangan terlalu reaktif (atas kritikan), jadi itu sudah diuji dulu sebelumnya. Tentunya nanti ada keuntungannya, kita percaya Kementerian Kesehatan sudah melakukan ujicoba dan aman," ucap Bey.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah