Dikenal Sebagai 'Swiss van Java', Guru Besar Unpad Berikan Penilaian Terhadap Kondisi Garut Terkini

5 April 2022, 12:34 WIB
Pegunungan yang terlihat di salah satu penginapan di kawasan Cipanas, Kabupaten Garut. /Dokumentasi PRFM

PRFMNEWS - Keindahan Garut zaman dulu tersiar hingga ke Eropa hingga mendapat julukan Swiss van Java.

Sosok Charlie Chaplin bahkan pernah singgah di Garut untuk menikmati keindahan alam kota Dodol ini.

Perpaduan alam dan pembangunan yang teratur, rapi dan terencana setidaknya pernah dialami Garut di periode 1821 sampai 1942.

Kini, Garut yang memiliki sejarah dengan bangunan kota yang rapi dan alam yang indah sudah dianggap menjadi semrawut.

Baca Juga: Lokasi Vaksin Booster Kota Bandung 4 April Sampai 1 Mei

Prof. Kunto Sofianto, M.Hum.,PhD, dalam orasi ilmiah saat penerimaan gelar Guru Besar bidang Ilmu Budaya Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, menyampaikan ada tiga faktor yang berubah dari Garut.

Kunto Sofianto mengatakan tiga faktor itu ialah bangunan, ruang dan rasa memiliki warganya dan itu berbeda di masa awal hingga pasca kemerdekaan Indonesia.

Untuk aspek bangunan, Kunto mengkritisi banyak bangunan bernilai sejarah yang menjadi identitas Garut kini rusak, tak terpelihara bahkan musnah.

Baca Juga: Daftar Daerah PPKM Level 1 dan 2 di Jabar, Tak Ada yang Masuk PPKM Level 3 dan 4

"Pertumbuhan Kota Garut setelah kemerdekaan tidak terkendali sehingga wajah tata-kotanya menjadi semrawut. Banyak gedung warisan masa lalu sebagai heritage tidak terurus atau dibongkar tanpa mengindahkan aspek historisnya. Tentu saja, keaslian tata Kota Garut menjadi rusak," kata Kunto Sofianto, dikutip prfmnews.id dari laman unpad.ac.id, Selasa, 5 April 2022.

Pada aspek ruang, Kunto menyinggung mengenai distribusi kekuasaan.

Dia berharap semua tidak terkonsentrasi hanya di kecamatan kota, melainkan seimbang di Utara, Selatan dan Barat.

Baca Juga: Hukum Mengupil Saat Sedang Berpuasa, Buya Yahya: Boleh, Asalkan Tidak Begini

"Demikian juga kebutuhan ruang untuk masa sekarang dan yang akan datang dapat ditata sedemikian rupa sehingga tercipta pola pengembangan kota yang seimbang antara perspektif peninggalan sejarah dan perspektif masa depan," terang Kunto Sofianto.

Terkait rasa memiliki, Kunto juga menaruh harapan bahwa semua perangkat yang ada dan masyarakat memiliki peran untuk membangun rasa itu kepada Garut.

Bahkan dia juga menegaskan meskipun bukan orang asli Garut namun tinggal disana, seseorang harus mempunyai rasa memiliki terhadap Garut.

Baca Juga: Perhatian! ini 5 Titik yang Berpotensi Macet di Jalur Selatan Saat Mudik Lebaran 2022

"Siapapun yang duduk sebagai eksekutif, legislstif ataupun yudikatif, yang penting adalah mereka concern dan memiliki kecerdasan spiritual dalam memelihara warisan budaya yang menjadi identitas dan simbol Kota Garut," tegas Kunto menutup pemaparannya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler