"Kami butuh apa yang dilakukan Pemerintah Singapura dan Australia lakukan, dengan mampu membawa Taylor Swift," kata Sandiaga Uno.
"Kami butuh Swiftonomics untuk pariwisata Indonesia,” imbuhnya.
‘Swiftonomics’ adalah istilah yang dibuat mengacu pada efek ekonomi yang dihasilkan lewat konser Taylor Swift.
Peningkatan pendapatan tersebut datang dari lonjakan okupansi hotel kota pemberhentian The Eras Tour, pajak dari berbagai aktivitas konsumsi para penonton tur, hingga pajak dari konser itu sendiri.
Sandiaga Uno menyinggung Singapura, lantaran negara tetangga tersebut berhasil mendapatkan jatah konser dunia The Eras Tour selama enam hari.
Alhasil, Taylor Swift tak bisa menggelar konser di negara Asia lainnya, karena diketahui jadwal "The Eras Tour" sudah penuh hingga akhir tahun 2024 mendatang.
Baca Juga: Biaya Pengobatan Korban Angin Puting Beliung di Jatinangor dan Rancaekek Ditanggung Pemprov Jabar
Sandiaga Uno kemudian menyayangkan pelantun lagu “Anti-Hero” tersebut tak konser di Indonesia.
Event musik internasional, seperti konser Taylor Swift memang memiliki dampak yang besar pada perekonomian suatu negara.
Tapi mohon maaf swifties, Taylor Swift belum mampir dulu nih ke Indonesia. Diborong habis sama Singapura ???? namun, ini menjadi pelajaran bagi kami!
Tahun… pic.twitter.com/fp6ArxnM19— Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) February 22, 2024
"Mohon maaf swifties, Taylor Swift belum mampir dulu, nih, ke Indonesia. Diborong habis sama Singapura, namun ini menjadi pelajaran bagi kami," tulis Sandiaga Uno di akun X resminya, Kamis, 22 Februari 2024.