Pentingnya Tanggung Jawab Cafe dan Resto Kelola Sampah untuk Merawat Bumi

- 12 Juni 2023, 18:28 WIB
Tong untuk memilah sampah di Work Coffee Bandung.
Tong untuk memilah sampah di Work Coffee Bandung. /PRFM


PRFMNEWS - Bandung sudah lama terkenal karena ragam kuliner yang menarik dan unik. Pun, hari-hari ini Bandung semakin terkenal dengan cafe atau coffee shop aesthetic yang tersebar di seluruh sudut kota.

Banyaknya cafe yang berdiri di Bandung menjadi tempat nongkrong asyik para kawula muda. Memesan kopi setiap hari sudah nampak seperti hobi anak muda di sini.

Namun sayangnya, di balik nikmatnya tegukan es kopi susu, masalah sampah dari usaha food and beverage (FnB) di Bandung masih menjadi PR besar.

Hasil pengamatan Waste4Change, kesadaran atau awareness dari para pelaku usaha cafe dan sejenisnya di Bandung soal isu lingkungan sangat minim. Satu hal lain yang disayangkan adalah komunitas dari FnB yang peduli terhadap masalah sampah masih jarang.

Baca Juga: RW 19 Antapani Tengah Berhasil Olah Sampah dari Rumah

"Saat ini kesadarannya masih sendiri-sendiri, belum ada komunitas FnB atau barista yang bahas masalah lingkungan terkait sampah, itu masih jarang banget," kata Project Manager Waste4CHange, Alvin Putra Priyambodo saat ditemui dalam acara Talkshow "Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab Dalam Bisnis F&B" di Work Coffee Bandung, Minggu 11 Juni 2023.

Para pelaku usaha FnB sudah seharusnya bertanggungjawab terhadap sampah yang mereka hasilkan setiap harinya baik organik dan anorganik. Waste4Change saat ini terus berupaya menjangkau lebih banyak lagi para pelaku FnB untuk memberikan edukasi pengolahan sampah mandiri.

Dari sekian banyak jenis sampah yang dihasilkan, salah satu yang coba dimimanilisir adalah sampah UBC (Used Beverage Cartons), sebuah bahan yang biasanya digunakan untuk kemasan kotak susu.

Baca Juga: Gandeng RW, Pemkot Bandung Berupaya Wujudkan Kawasan Bebas Sampah

Cafe-cafe tentunya sudah tidak asing lagi dengan kemasan kotak susu UBC, setiap es kopi susu yang mereka sajikan memerlukan bahan susu yang biasanya dibeli dalam bentuk kemasan UBC.

Alvin menyebut, UBC adalah material problematik karena materialnya multi layer plastic. Setiap kemasan UBC terbuat dari alumunium, plastik, dan karton.

"Ini material problematik karena plastik banyak yang ambil, kalau UBC ini nggak ada yang ambil, material nya multilayer ada alumunium, plastik, dan karton, itu susah milahnya, hanya ada beberapa pabrik yang bisa olah," katanya.

Talkshow "Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab Dalam Bisnis F&B" di Work Coffee Bandung
Talkshow "Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab Dalam Bisnis F&B" di Work Coffee Bandung PRFM

Banyak Cafe yang Tidak Konsisten

Sejauh ini, pihaknya sudah menggandeng 49 FnB di Bandung Raya yang diberikan edukasi cara memilah sampah untuk mendukung konsep zero waste. Lagi-lagi, sayangnya, meski sudah diedukasi, banyak dari mereka yang tidak konsisten mengurangi sampah.

Pada bulan-bulan awal, mereka masih konsisten memilah sampah kotak susu yang dikumpulkan lalu disetorkan ke bank sampah. Namun, sekarang-sekarang mereka sudah tidak melakukan hal itu lagi. Alasannya beragam, ada yang terkendala SDM, merasa repot, dan mengaku sudah bayar retribusi sampah.

"Pada satu atau dua bulan pertama dia masih kumpulin, setor bank sampah, tapi bulan-bulan berikutnya sudah nggak lagi, alasannya beragam dan kebanyakan terkait SDM karena repot, nggak mau milah dari sumber, lalu retribusi juga, merasa sudah bayar ngapain milah lagi, dan ketika milah pun dijual ke bank sampah harganya tidak terlalu bagus secara ekonomis," ucapnya.

"Mengiranya ketika dia sudah terlayani pemerintah dengan dijemput sampahnya, itu nggak masalah anggapannya, justru itu masalahnya, pemerintah masih belum bisa memfasilitasi pengolahan sampah yang benar," sambungnya.

Dalam program ini, Waste4Change bekerjasama dengan Bank Sampah Bersinar (BSB) untuk kampanye pengurangan sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Bank sampah bisa menjadi solusi bagi para pelaku FnB yang ingin peduli merawat bumi dengan menyetorkan sampahnya dan ditukar menjadi uang.

"Kita campaign menyebarkan awareness, untuk koleksi sampah kita kerjasama dengan BSB, untuk kotak susu dibawa ke balai besar Selusosa Bojongsoang milik Kemenperin yang bisa mengolah kertas. Setiap orang yang terlibat kita perlihatkan hasil daur ulangnya," papar Alvin.

Komitmen Less Waste dari Work Coffee

Community and Partnership Representative Work Coffee Indonesia, Mutia Safira mengungkapkan, cafenya sudah berkomitmen terhadap konsep less waste dengan cara mengurangi sampah yang dibuang dan mengolah sampah organik menjadi kompos dan pupuk.

Selain itu, pihaknya juga menggunakan gelas, piring, dan alat makan lain yang bisa digunakan ulang (reusable), serta mengenakan tambahan biaya untuk customer yang membeli take away sebagai bentuk tanggung jawab kepada lingkungan. Tambahan biaya itu untuk membeli kemasan yang terbuat dari bahan ramah lingkungan.

Tak hanya itu, untuk mengajak customer mendukung less waste, bagi konsumen yang membawa tumbler sendiri akan mendapat diskon 20 persen untuk semua jenis minuman.

"Menurut pribadi, pengelolaan sampah bertanggungjawab itu kami sebagai penghasil sampah tapi dengan segala usaha tetap bertanggungjawab dengan mengolah sendiri. Kita sampah ditimbang per kategori, setidaknya bisa mengurangi sampah ke TPA," kata Mutia.

Ketika pihaknya memutuskan untuk menggaungkan campaign less waste, tentu tidak bisa bergerak sendiri. Awalnya memang kesulitan untuk mencari relasi kolaborasi di Bandung, tapi lambat laun pihaknya bisa mempertahankan komitmen less waste.

Kepada para pelaku usaha cafe resto lainnya yang ingin menerapkan less waste, Mutia menyarankan mereka harus mulai dari kesadaran diri sendiri dulu. Setelah itu mulai memilah sampah dengan menyediakan tong-tong sampah.

"Kesadaran diri dulu, terus sesederhana milah sampah saja, menyediakan tong-tong sampah, setelah itu bisa cari tahu lagi sampahnya mau dikemanain," kata Mutia.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah