Heboh Isu Larangan Penggunaan Speaker untuk Ngaji dan Tarawih, Kemenag Beri Penjelasan yang Sebenarnya

12 Maret 2024, 10:00 WIB
Tata cara dan peraturan penggunaan pengeras suara masjid di bulan ramadhan /Jens Mahnke/Pexels

PRFMNEWS - Beredar luas di media sosial (Medsos) jika Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas melarang penggunaan pengeras suara atau speaker saat ngaji atau tarawih di masjid.

Terkait hal ini, Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie memberikan penjelasan yang sebenarnya.

Anna menegaskan, tidak ada larangan penggunaan speaker di Masjid baik untuk mengaji maupun tawarih.

Adapun dalam edaran yang telah dikeluarkan Menag, ini mengatur tentang penggunaan pengeras suara dalam dan pengeras suara luar.

Baca Juga: Awal Puasa Potensi Beda, Menag Terbitkan SE Berisi 9 Poin Panduan Ibadah Ramadhan-Idul Fitri 2024

Disebutkan salah satu poin edaran tersebut mengatur agar penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan, baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadhan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan Pengeras Suara Dalam.

“Edaran ini tidak melarang menggunakan pengeras suara. Silakan Tadarrus Al-Qur’an menggunakan pengeras suara untuk jalannya syiar. Untuk kenyamanan bersama, pengeras suara yang digunakan cukup menggunakan speaker dalam,” tegas Anna Hasbie dalam keterangannya Senin, 11 Maret 2024.

Dijelaskannya, edaran ini pun bukanlah edaran baru melainkan surat edaran yang sudah ada sejak 1978 silam.

Baca Juga: Ada Perbedaan Awal Puasa Ramadhan, Menag Ajak Umat Jaga Ukhuwah Islamiyah dan Toleransi

“Ini juga bukan edaran baru, sudah ada sejak 1978 dalam bentuk Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978. Di situ juga diatur bahwa saat Ramadan, siang dan malam hari, bacaan Al-Qur’an menggunakan pengeras suara ke dalam,” jelasnya.

Anna menambahkan, edaran ini dibuat tidak untuk membatasi syiar Ramadhan. Giat tadarrus, tarawih, dan qiyamul-lail selama Ramadhan sangat dianjurkan.

Penggunaan pengeras suaranya saja yang diatur, justru agar suasana Ramadan menjadi lebih syahdu.

"Kalau suaranya terlalu keras, apalagi antar masjid saling berdekatan, suaranya justru saling bertabrakan dan menjadi kurang syahdu. Kalau diatur, insya Allah menjadi lebih syahdu, lebih enak didengar, dan jika sifatnya ceramah atau kajian juga lebih mudah dipahami,” tandasnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler