Musim Kemarau di Bandung Terasa Dingin Saat Pagi Akibat Bediding, Apa itu? Begini Penjelasan BMKG

Editor: Rifki Abdul Fahmi
Ilustrasi kedinginan.
Ilustrasi kedinginan. /Pixabay/ Katrina_S

Proses ini menyebabkan penurunan suhu secara drastis, terutama pada malam hingga pagi hari.

Minimnya curah hujan juga berkontribusi terhadap rendahnya kelembapan udara. Ketiadaan uap air di udara mengurangi kapasitas atmosfer untuk menyimpan panas, sehingga panas yang tersimpan pada siang hari cepat hilang saat malam tiba.

Ini menjelaskan mengapa suhu udara terasa lebih dingin di beberapa wilayah, khususnya di Pulau Jawa bagian selatan dan daerah-daerah lain yang terletak dekat dengan khatulistiwa.

Baca Juga: BMKG: Jabar Termasuk Bandung Raya Masuk Musim Hujan Mulai Oktober 2024, Kecuali 6 Daerah ini

Dampak Kurangnya Tutupan Awan

Ketika langit bersih dari awan, proses pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer berlangsung lebih cepat.

Uap air yang berkurang di dekat permukaan bumi juga mempengaruhi kondisi ini, sehingga suhu udara lebih rendah. Fenomena ini paling terasa pada malam hari hingga pagi hari, saat radiasi balik bumi dilepaskan tanpa hambatan ke atmosfer luar.

Akibatnya meski siang hari terasa panas, malam hari di wilayah tersebut menjadi sangat dingin.

Perbedaan Suhu di Wilayah Utara dan Selatan Indonesia

Wilayah Indonesia yang dekat dengan khatulistiwa, seperti Sumatera bagian utara, cenderung merasakan perbedaan yang signifikan antara suhu siang dan malam hari.

Sementara itu, di wilayah selatan Indonesia seperti Jawa bagian selatan, Bali, dan Nusa Tenggara, suhu udara pada siang hari pun cenderung lebih rendah selama musim kemarau.

Hal ini terjadi karena pengaruh angin timuran atau monsun Australia yang membawa udara kering dan dingin.

Halaman:

Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub