WHO Sebut Wabah Cacar Monyet atau Mpox Tidak Seperti COVID-19, Waspada Cara Penularannya

Editor: Rifki Abdul Fahmi
 Ilustrasi cacar monyet.
Ilustrasi cacar monyet. / Pixabay/Alexandra_Koch/

PRFMNEWS - Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge menegaskan cacar monyet atau Mpox, yang telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan internasional, bukanlah ancaman baru yang setara dengan COVID-19. Pernyataan ini disampaikan untuk memberikan klarifikasi bahwa meskipun mpox merupakan penyakit serius, sifat penularan dan dampaknya berbeda dengan pandemi virus corona.

"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu varian Clade I, yang menjadi penyebab wabah di Afrika Timur dan Tengah, atau Clade II, yang memicu wabah pada tahun 2022 di Eropa dan terus menyebar di sana," ujar Kluge dikutip dari ANTARA.

Kluge menjelaskan, Mpox menular melalui kontak langsung kulit ke kulit, termasuk selama aktivitas seksual melalui vagina atau anal. Informasi ini menjadi penting untuk pemahaman publik tentang cara penularan penyakit ini, mengingat perbedaannya dengan COVID-19 yang menyebar lebih luas melalui udara.

Baca Juga: Cacar Monyet atau Mpox dan 5 Cara Penularannya, Begini Cara Mencegahnya

WHO menekankan, dengan deklarasi darurat kesehatan global ini maka negara-negara di seluruh dunia diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan jika ada kasus mpox yang masuk ke wilayah mereka.

Menurut data WHO, pada tahun 2024, kasus mpox di Afrika terus meningkat, dengan 95 persen kasus yang dikonfirmasi dilaporkan di Republik Demokratik Kongo. Negara ini mencatat peningkatan signifikan dengan lebih dari 15.000 kasus klinis dan lebih dari 500 kematian yang dilaporkan, melampaui jumlah kasus yang diamati pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini menandakan bahwa meskipun mpox tidak memiliki skala pandemi seperti COVID-19, penyakit ini tetap memerlukan perhatian serius.

Selain itu, WHO mencatat bahwa kasus mpox terkait varian tertentu juga telah dilaporkan di beberapa negara lain di Afrika, termasuk Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan. Penyebaran ini menunjukkan bahwa mpox bukan hanya masalah kesehatan regional, tetapi memiliki potensi penyebaran yang lebih luas.

15 Agustus 2024 lalu, Swedia menjadi negara pertama di luar Afrika yang melaporkan varian mpox Clade 1b pada individu dengan riwayat perjalanan ke Afrika Tengah. Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar kasus masih terjadi di Afrika, risiko penyebaran ke benua lain tetap ada.

Baca Juga: Ancaman Wabah Mpox 2024, WHO: Tidak Hanya Ditemukan pada Penyuka Sesama Jenis

Menurut Kluge, kawasan Eropa sekarang mencatat sekitar 100 kasus mpox baru setiap bulan. Meskipun angka ini relatif rendah dibandingkan dengan wilayah lain, tetap menunjukkan bahwa virus ini tidak boleh diabaikan. Kluge juga menekankan bahwa meskipun siapa pun dapat tertular mpox, tidak semua orang memiliki risiko yang sama. Orang-orang yang berinteraksi erat dengan individu yang terinfeksi, termasuk melalui hubungan seksual, memiliki risiko lebih besar.

Dengan pernyataan ini, WHO berharap masyarakat global memahami bahwa mpox adalah penyakit yang serius, namun dengan upaya yang tepat, penyebarannya dapat dikendalikan. Fokus pada tindakan pencegahan, vaksinasi terarah, dan peningkatan kesadaran publik menjadi kunci dalam menangani ancaman kesehatan ini.***

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub