Kasus Perundungan Dokter PPDS Semarang, Netizen Bongkar ‘Tradisi’ Fakultas Kedokteran yang Jarang Diketahui

Editor: Indra Kurniawan
Ilustrasi dokter dan isu perundungan dalam praktik Pendidikan Profesi Dokter Spesialis atau PPDS.
Ilustrasi dokter dan isu perundungan dalam praktik Pendidikan Profesi Dokter Spesialis atau PPDS. /Pexels/karolina grabowska

BANDUNG, PRFMNEWS - Kasus perundungan yang dialami oleh salah satu mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjadi viral di sosial media X.

Netizen menganggap adanya tradisi turun temurun yang dilakukan senior kepada junior di fakultas kedokteran.

Masyarakat pun meminta agar kasus ini diungkap tuntas dan berharap kasus perundungan di fakultas kedokteran tidak lagi terulang.

Baca Juga: Ada Dugaan Perundungan pada Dokter PPDS, Netizen: Dokter PPDS Harus Kuat

Kematian korban, yang berinisial AR, dilaporkan terjadi di tempat indekosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah, dan diduga merupakan kasus bunuh diri.

Kompol Andika Dharma Sena, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memulai penyelidikan terkait kematian AR yang terungkap pada hari Senin, 12 Agustus 2024.

"Kami sedang menyelidiki kematian korban. Ada informasi bahwa korban menderita sakit, sehingga penyelidikan akan dilakukan secara menyeluruh," ucapnya dikutip dari ANTARA yang diakses pada Kamis 15 Agustus 2024.

Baca Juga: Kans Anies Baswedan Diusung PDIP pada Pilgub Jakarta, Ahok: Tidak Mungkin

Dari hasil penyelidikan awal, diketahui bahwa kamar indekos tempat AR ditemukan dalam kondisi terkunci dari dalam.

Sementara itu, informasi yang dihimpun mengindikasikan bahwa korban meninggal dunia akibat suntikan obat anestesi ke tubuhnya, yang diduga dilakukan oleh dirinya sendiri.

Penyelidikan juga mencakup dugaan bahwa AR mungkin menjadi korban perundungan selama menjalani pendidikan di PPDS Undip.

Baca Juga: David da Silva Fokus Persiapkan Diri Dibanding Pikirkan Lawan di ACL 2

Kasat Reskrim Andika Dharma Sena mengungkapkan bahwa pihak kepolisian masih mendalami informasi terkait perundungan tersebut.

Netizen Bongkar ‘Tradisi’ Fakultas Kedokteran yang Jarang Diketahui

Kasus ini menarik perhatian publik dan komunitas akademik, pasalnya banyak pihak yang menuntut kejelasan dan tindakan tegas terhadap praktik perundungan yang mungkin terjadi.

Netizen pun mulai memberikan curhatannya terkait kasus perundungan yang sering terjadi di fakultas kedokteran.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Angkringan di Bandung Terkenal Enak Harganya Murah

“Temanku yang lagi belajar untuk ambil spesialis juga kena bully terus, disuruh datang tengah malam cuma untuk rapikan tempat istirahat dokter senior,” tulis akun gunawansat***.

“Ada yang disuruh ambil jahitan kebaya plus bayarin ongkosnya, berapa ratus ribu tuh?” balas akun yuniar***.

“Om aku kemarin ambil spesialis diginiin, mereka nyuruhnya bisa kapan aja kek hampir tengah malam disuruh ini itu yang menurutku tuh enggak masuk akal dan di luar ranah kedokteran itu sendiri,” tutur akun shadow***.

Baca Juga: Dugaan Perundungan Dokter PPDS hingga Meninggal, Kemenkes Hentikan Sementara Prodi Anestesi Undip

“Kasus bullying di PPDS kedokteran itu bener-bener ada kayaknya dari dulu, kasus ini harus selalu di up,” ungkap netizen lainnya.

Netizen dan masyarakat menilai praktik perundungan dalam pendidikan seharusnya tidak harus terjadi.

Fakultas Kedokteran seharusnya memberikan dukungan dan perlindungan yang memadai bagi mahasiswanya, bukan sebaliknya.

Baca Juga: Jelang Upacara HUT RI ke 79 di IKN, Otorita Pastikan Layanan Kesehetan Tersedia dengan Baik

Netizen mendesak agar dilakukan langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, demi memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Kasus meninggalnya mahasiswa PPDS Undip Semarang bukan hanya mencerminkan isu pribadi, tetapi juga menunjukkan kebutuhan mendesak untuk memperbaiki sistem pendidikan kedokteran di Indonesia.

Penanganan yang tepat terhadap kasus ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan mendukung.

Upaya tersebut penting untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan dan memastikan bahwa para mahasiswa dapat menjalani pendidikan dengan aman dan tanpa tekanan yang merugikan.***


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub