BANDUNG, PRFMNEWS - Mundurnya Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Partai Golkar baru-baru ini memicu berbagai spekulasi dan analisis di kalangan pengamat politik.
Salah satu pengamat yang turut memberikan pandangannya adalah M. Jamiluddin Ritonga. Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul menjelaskan mundurnya Airlangga akibat terlalu dekat dengan 2 tokoh penting.
Menurutnya desakan dari internal Partai Golkar agar Airlangga mundur berasal dari anggapan bahwa dirinya sudah tidak lagi independen dalam mengambil keputusan politik.
Jamiluddin mengemukakan bahwa ketidakindependenan ini terlihat dari beberapa keputusan strategis yang diambil Airlangga, yang dinilai lebih condong mendukung langkah politik keluarga Presiden Joko Widodo dibandingkan dengan kepentingan partai.
Baca Juga: Hunian ASN di IKN Terapkan Konsep Modern dan Digital, Begini Aplikasinya
Pertama, misalnya dalam Pilgub Sumatera Utara, Airlangga dinilai terlalu bersemangat mengusung Bobby Nasution, menantu Presiden Jokowi, sebagai calon yang didukung Golkar.
Kedua, Airlangga terlihat ingin mempromosikan putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, yang juga Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), untuk berpasangan dengan tokoh-tokoh tertentu seperti Jusuf Hamka atau Ridwan Kamil dalam Pilkada Jakarta.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi Airlangga yang lebih mengutamakan hubungan politik dengan keluarga Jokowi daripada mempertimbangkan kepentingan internal Partai Golkar.
Baca Juga: Tegas! Pertamina PHK Petugas SPBU yang Lakukan Pungli Rp5 ribu kepada Pembeli Pertamax