Bentuk utama kerja sama ITB dan GEM yang diawali pembuatan patung raksasa tersebut adalah pembangunan laboratorium untuk riset material energi baru dan rekayasa metalurgi.
“Jadi, patung robot ini menggambarkan kondisi laboratorium dari hulu sampai hilir sampai material digunakan lagi. Bisa dikatakan bahwa laboratorium ini membentuk circular economy atau sustainability,” ujar Tegar.
Selain patung tersebut, sejumlah bagian dari bangunan laboratorium kerja sama GEM dan ITB ini berasal dari material daur ulang barang plastik, contohnya barang elektronik rumah tangga. Material daur ulang plastik ini dipakai sebagai atap, lantai luar laboratorium, dan dinding serbaguna yang diperkirakan bisa bertahan hingga 20 tahun.
Saat ini, laboratorium itu dalam proses pembangunan. Nantinya, lab tersebut akan menghasilkan berbagai material energi baru yang inovatif dan mendaur ulang material yang sudah digunakan, sehingga menciptakan ekonomi sirkular yang meminimalkan kerusakan lingkungan.
Baca Juga: Profil Rizki Juniansyah Atlet Angkat Besi Peraih Medali Emas Olimpiade Paris 2024
Bangunan laboratorium ini memanfaatkan bangunan existing melalui proses alih fungsi dan ubah suai (adaptive reuse) dengan menambahkan lantai mezzanine pada bangunan yang awalnya hanya memiliki satu lantai. Dengan cara ini, kapasitas lantai dapat ditingkatkan menjadi dua kali luas lantai existing.
GEM mendanai pembangunan laboratorium tersebut dan berbagai fasilitasnya hingga pembuatan patung raksasa tersebut dengan total biaya mencapai 15 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.154). Bentuk kerja sama lainnya berupa pemberian beasiswa untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana. ***