Riau,
Jambi,
Sumatera Selatan,
Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah,
Sulawesi Selatan,
Maluku,
Papua Selatan,
Papua Tengah,
Papua Barat.
Guswanto menjelaskan bahwa kondisi cuaca tersebut dipengaruhi oleh Gelombang Ekuator Rossby yang diprakirakan aktif di wilayah-wilayah itu. Aktivitas gelombang ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan.
“Selain itu faktor pemanasan skala lokal memberikan pengaruh cukup signifikan dalam proses pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menerangkan berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG, diketahui bahwa dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. Madden-Julian Oscillation (MJO) berada pada fase netral tidak berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Baca Juga: Banyak Renggut Nyawa, KAI Tutup Perlintasan Sebidang Ilegal Dekat Pemukiman dan Area Industri
Sirkulasi siklonik juga terpantau di Samudera pasifik sebelah utara Papua. Sirkulasi siklonik ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Samudera pasifik sebelah utara Papua.
Daerah konvergensi lainnya terpantau di Perairan barat Sumatra Utara dan Sulawesi bagian tengah. Daerah konfluensi terpantau di wilayah Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua.
Terkait kecepatan angin, terpantau terjadi peningkatan hingga lebih dari 25 knot di Laut Andaman, Samudera Hindia barat daya Banten, dan Laut Arafuru, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.
Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, NTT, Papua Pegunungan, Papua Tengah dan Papua Selatan.
Baca Juga: Bandung Resmi Punya Taman Baru Hadirkan Info 11 Kota di Dunia Bangun Kerja Sama dengan Pemkot