Kenali Ciri-ciri Happy Hypoxia, Gangguan Saraf pada Penderita Corona

- 16 September 2020, 20:41 WIB
Ilustrasi virus Covid-19 yang kini menampakkan gejala baru pasien sebagai happy hypoxia.
Ilustrasi virus Covid-19 yang kini menampakkan gejala baru pasien sebagai happy hypoxia. /Pixabay



PRFMNEWS
– Penanganan pandemi virus corona (Covid-19) memasuki babak baru. Belum lama ini, di Indonesia mulai dilaporkan adanya gejala bernama happy hypoxia pada penderita virus corona.

Apa itu happy hypoxia?

Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan menjelaskan, Happy hypoxia adalah suatu gejala yang muncul karena kondisi darah penderita virus corona mengalami kekurangan oksigen.

Baca Juga: WHO Sebut Penutupan Sekolah Seharusnya jadi Upaya Terakhir dalam Penangan Pandemi

Namun lebih parahnya lagi, happy hypoxia ini juga menunjukan terjadinya gangguan saraf yang biasanya mengirim sinyal ke otak agar segera memerintahkan tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.

“Dalam kondisi normal, jika darah kekurangan oksigen, maka akan ada suatu sistem sinyal syaraf yang akan menyampaikan ke otak. Kemudian otak akan memerintahkan tubuh untuk mengabil oksigen sebanyak-banyaknya. Pada beberapa pasien Covid-19, terjadi kerusakan sinyal syaraf yang menghantarkan sensor ini ke otak. Artinya sensor ini seperti terhalang,” urai Erlina saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Rabu 16 September 2020.

Erlina menyatakan, happy hypoxia pada umumnya terjadi pada orang yang memiliki gejala virus corona. Artinya hingga kini, orang tanpa gejala (OTG) belum dilaporkan mengalami happy hypoxia.

Baca Juga: Ungkap Motif Aksi Pengguntingan Bendera Merah Putih, Polisi: Karena Jengkel pada Anak

Untuk itu, Erlina mengimbau masyarakat yang memiliki anggota keluarga dengan status pasien Covid-19, untuk mewaspadai terjadinya happy hypoxia. Khususnya, kata dia, pasien Covid-19 yang mejalani isolasi mandiri di rumah.

Ciri-ciri terjadinya happy hypoxia, lanjut Erlina, yakni pasien Covid-19 mengalami batuk parah dan semakin parah setiap harinya. Jika kondisi tubuh makin lemah dan bagian bibir dan ujung jari berubah warna kebiruan, ia menyarankan untuk segera menghubungi rumah sakit rujukan Covid-19.

“Gejala yang tidak ada pada happy hypoxia adalah sesak napas. Jadi kalau pasien batuk dan kondisinya lemah tapi tidak mengalami sesak napas, mohon segera hubungi rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan,” tutup Erlina yang juga Ketua Pokja Infeksi Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tersebut.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x