Soal Pernikahan, Psikolog Keluarga Sebut Masyarakat Perlu Diedukasi Beda Kebutuhan dan Keinginan

- 14 Agustus 2020, 13:20 WIB
Ilustrasi Pernikahan. pixabay
Ilustrasi Pernikahan. pixabay /

PRFMNEWS - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut bahwa jumlah rumah tangga miskin terus meningkat lantaran keluarga miskin menikah dengan keluarga miskin lain, sehingga memunculkan rumah tangga miskin baru.

Muhadjir berpendapat bahwa keluarga miskin baiknya menikah dengan keluarga kaya untuk memutus rantai kemiskinan.

Baca Juga: Hari Kemerdekaan Harus Jadi Momentum Berjuang Melawan Penjajahan Covid-19

Psikolog Keluarga dari Dandiah Care Center, Diah Mahmudah menilai bila diarahkan untuk membenahi kesejahteraan ekonomi masyarakat, pernyataan Muhadjir tersebut kurang tepat.

Persoalan pernikahan kata dia merupakan ranah personal, dan tidak bisa diatur melalui kebijakan pemerintah.

Diah mengatakan, jika sasarannya ingin membenahi kemiskinan, pendekatan yang pas adalah memberikan pelatihan dan keterampilan kepada mereka yang dinilai rentan miskin.

"Pendekatannya lebih tepat kepada hal yang terkait dengan pemetaan kekuatan, pemetaan bakat, dan pemberian keterampilan," kata Diah saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Jumat 14 Agustus 2020.

Baca Juga: Syarat, Biaya, dan Prosedur Pendaftaran Menikah ke KUA

Terkait pernikahan, dia menilai masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai beda kebutuhan dan keinginan.

Kalau menggelar pernikahan sesuai dengan kebutuhan, tidak akan membutuhkan biaya yang besar. Tetapi kalau ukurannya keinginan, maka biaya yang dikeluarkan pun sedikit besar.

Nikah secara kebutuhan kata dia cukup dengan menjalankan apa yang disyariatkan agama.

"Salah satu syariat agama, menikah kita umumkan ke khalayak, itu kebutuhan sebenarnya. Kalau sudah soal pesta dan terkait standar jumlah, itu sudah masuk aspek keinginan," katanya.

Baca Juga: Link Pendaftaran Online Bantuan Dana UMKM Kabupaten Bandung Barat

Dia mengatakan hal itu lantaran tak sedikit keluarga yang menggadaikan harta bendanya hanya demi gelaran pernikahan. Banyak yang menggelar pernikahan dengan memaksakan di luar kemampuan.

"Banyak yang menggelar pernikahan yang istilahnya besar pasak daripada tiang, ada cenderung memaksakan diri menggelar pesta pernikahan di luar kemampuan. Itu beda kebutuhan dan keinginan mesti diedukasi dan disampaikan ke masyarakat yang ekonominya cenderung pas-pasan," katanya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x