Pemerintah Akui Keliru Gunakan Istilah ‘New Normal’, Pengamat: Titik Penekanannya Beda

- 12 Juli 2020, 22:00 WIB
ILUSTRASI new normal.*
ILUSTRASI new normal.* /Pixabay


PRFMNEWS – Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengakui bahwa istilah New Normal yang sering digunakan selama pandemi Covid-19 merupakan pilihan kata yang keliru.

Selanjutnya, kata Yuri, pemerintah melalui Gugus Tugas Penanganan Covid-19 akan menggunakan istilah adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Komunikasi Publik dari Universitas Pasundan, Dr. Deden Ramdan mengatakan, pemerintah seharusnya menggunakan istilah adaptasi kebiasaan baru sejak awal pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia.

Baca Juga: Begini Pengakuan Para Siswa Secapa AD Setelah Dinyatakan Positif Covid-19

Sebab dalam perspektif komunikasi publik, kata Deden, terdapat titik penekanan berbeda yang diterima publik dengan apa yang diinginkan pemerintah terkait istilah New Normal.

“Titik penekanan New Normal ini ada pada aktivitas ekonomi secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yang sebelumnya tidak ada sebelum pandemi Covid-19 mewabah,” kata Deden saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Minggu (12/7/2020).

Dengan menggunakan istilah adaptasi kebiasaan baru, Deden menilai publik akan memahami hal tersebut sebagai terciptanya sebuah kedisiplinan yang menciptakan budaya baru.

“Budaya baru itu dalam penerapan protokol kesehatan. Misalnya kita mau masuk ke fasilitas publik harus cuci tangan dulu, serta menerapkan physical distancing,” jelasnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x