Nenek Moyang Kita di Tahun 669 Masehi Ternyata Sudah Praktikan Mitigasi Bencana

- 10 Mei 2020, 07:55 WIB
PENINGGALAN kerajaan Tarumanegara.*
PENINGGALAN kerajaan Tarumanegara.* /guru pendidikan/

BANDUNG,(PRFM) - Berdasarkan sumber manuskrip yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 669 Masehi, tercatat bahwa bencana seperti wabah penyakit sudah pernah terjadi ratusan tahun lalu.

Beberapa periode kehidupan pada masa kerajaaan dan kesultanan di Nusantara telah mengalami beberapa kali bencana yang luar biasa.

Dosen Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi, Fikom Unpad, Samson CMS, M.I. kom mengatakan nenek moyang kita selalu mempraktikan tindakan langkah pencegahan bencana.

"Saya baca literatur, tradisi kita ternyata preventif, mereka (nenek moyang) selalu melakukan langkah pencegahan," kata Samson saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Sabtu (9/5/2020).

Baca Juga: Baru Diketahui, Balita Dua Tahun di Sumsel Meninggal dengan Covid-19

Ia mencontohkan, ada beberapa tradisi pada masa kerajaan yang dilakukan untuk pencegahan bencana. Seperti menanam tanaman di sekitar rumah, dan di sekitar kampung.

Tanaman tersebut ditanam sebagai langkah pencegahan yang nantinya bisa digunakan untuk obat-obatan dan juga persediaan pangan.

"Menanam tanaman ini berhubungan dengan pencegahan karena mereka punya tradisi, misal di Sumedang Rancakalong ada tradisi Ngaraksa, ada juga tradisi Hajat Lembur, Hajat Laut, Serentaun, dan lain-lain," kata Samson.

Langkah pencegahan bencana dipraktikan dalam tradisi Hajat Lembur di Cipatujah, Tasikmalaya akhir 2019 lalu. Tradisi tersebut kata Samson dilaksanakan dengan serius.

Pasalnya dalam manuskrip dan tradisi lisan disebutkan, jika bulan Muharam berbarengan dengan September, maka akan terjadi bencana yang maha dahsyat.

"(Tradisi Hajat Lembur) Benar-benar dilaksanakan dengan serius karena berdasarkan hasil prediksi perhitungan waktu sudah diketahui," katanya.

Baca Juga: Awak Bus AKAP di Tasikmalaya Menjerit Akibat Kebijakan PSBB

Perhitungan waktu lewat tradisi tersebut katanya sudah dikaji dan diteliti oleh para peneliti dari Fakultas Mipa Unpad.

"Perhitungan apa yang terjadi dikemudian hari ini sudah diteliti oleh peneliti dari Mipa Unpad, artinya sudah sangat ilmiah," kata dia. 

Lebih lanjut ia menuturkan, beberapa kearifan lokal dalam menjalani kehidupan dan mengahadapi bencana masih dipraktikan sampai saat ini.

Salah satunya pandangan hidup orang Sunda yang masih diterapkan.

Pandangan hidup orang Sunda itu terdiri atas: (1) manusia sebagai pribadi; (2) manusia dengan masyarakat; (3) manusia dengan alam; (4) manusia dengan Tuhan; dan (5) manusia dalam mengejar kemajuan lahir dan kepuasan batin.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x