CEO AirAsia Bongkar 'Biang Kerok' Harga Tiket Pesawat di Indonesia Mahal, Begini Katanya

8 September 2024, 14:30 WIB
Pesawat AirAsia saat perdana di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali. /Antara/Fikri Yusuf/

BANDUNG, PRFMNEWS - Tingginya harga tiket pesawat domestik di Indonesia sampai saat ini masih menjadi sorotan publik.

Masyarakat kerap mengeluhkan bahwa tarif penerbangan antar-kota di dalam negeri justru lebih mahal. Paling tidak, dibandingkan rute internasional dengan jarak tempuh yang lebih jauh.

CEO AirAsia Tony Fernandes membongkar biang kerok harga tiket pesawat Indonesia lebih mahal 28 persen dibandingkan negara-negara ASEAN. Mahalnya tiket rute domestik dipicu harga avtur hingga pajak yang terlalu tinggi.

“Harga bahan bakar di Indonesia adalah tertinggi di ASEAN, sekitar 28 persen,” ujar Tony.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap 2 Terduga Teroris di NTB, Buku dan Senapan Angin Jadi Barang Bukti

Bahkan, menurutnya tarif avtur di Indonesia terbilang lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Ia menilai minimnya kompetisi penyedia avtur menjadi di Indonesia menjadi faktor penyebabnya.

Hal tersebut lantas diakui turut berimbas pada biaya operasional maskapai yang berujung pada tingginya harga tiket pesawat penerbangan domestik di Indonesia dibandingkan dengan negara lainya.

"Di Malaysia, ada dua atau tiga perusahaan yang menyediakan avtur. Kalau hanya ada satu penyedia di Indonesia, mereka bisa mengenakan tarif sesuka hati," ujarnya.

Selain avtur yang mahal, Tony juga mengkritisi beban pajak ganda yang dikenakan pada bahan bakar tersebut.Khususnya untuk penerbangan domestik.

Belum lagi, maskapai di Indonesia juga harus menanggung berbagai jenis pajak lain, seperti pajak suku cadang pesawat.

Baca Juga: Resep Sate Jamur Enak Chef Rudy Choirudin, Bisa Jadi Pilihan Menu Akhir Pekan

Pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) di Tanah Air yang dikenakan dua kali untuk bahan bakar, khususnya untuk penerbangan domestik sebesar 11 persen.

Tony mengungkapkan dirinya akan bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk membicarakan tentang harga tiket pesawat di Indonesia yang mahal.

"Banyak orang menyalahkan maskapai untuk tarif tiket. Kenyataannya kita harus membayar bahan bakar, kita harus menghadapi nilai tukar dan itu di luar kendali kita, yang mana kita ingin bicarakan dengan Pak Luhut," lanjutnya

Tak hanya soal biaya bahan bakar yang mahal, adanya biaya lain juga membuat biaya operasional maskapai terpengaruh, salah satunya terkait pajak sparepart ketika perbaikan.

“Jadi kita kirim sparepart keluar untuk diperbaiki, kemudian ketika sparepart selesai dan dikirim, ini kembali dikenakan pajak. Hal ini yang menambah biaya operasional. Sementara di negara lain tidak seperti itu,” jelasnya.

Ia juga mengusulkan agar pembatasan tarif batas maskapai dihapuskan sehingga rerata tarif tiket pesawat dapat secara otomatis menurun, hal ini berkaca dengan negara Malaysia, Filipina dan Thailand yang tidak menerapkan pembatasan tarif sehingga tarif penerbangan terbilang rendah.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Trending