Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia hingga Agustus 2024, Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Penularan Virus

21 Agustus 2024, 20:45 WIB
Ilustrasi Monkeypox atau Mpox. Kemenkes siapkan belasan lab bagi yang terpapar virus Mpox. /Pixabay/ DarkoStojanovic/

PRFMNEWS – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan perkembangan data kasus konfirmasi cacar monyet atau Monkeypox / Mpox terbaru. Hingga Sabtu 17 Agustus 2024 terdapat 88 kasus konfirmasi Mpox di Indonesia.

Gejala Mpox hingga penyebab, cara penularan dan mencegah tertular virus Monkeypox menjadi informasi penting yang disampaikan Kemenkes RI sebagai upaya mengantisipasi kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia semakin meluas pada tahun 2024.

Terkait rincian data kasus cacar monyet di Indonesia tersebut, Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono, MARS, memaparkan wilayah DKI Jakarta tercatat ada 59 kasus konfirmasi Monkeypox, Jawa Barat 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi.

Baca Juga: Syarat PPPK Ikut Rekrutmen CPNS 2024

“Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari tahun 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023,” tutur Yudhi dalam keterangan tertulis di laman resmi Kemenkes, Minggu 18 Agustus 2024.

Yudhi menambahkan, dari 88 kasus Monkeypox di Indonesia yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.

“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” ujarnya.

Cara penularan virus Mpox (MPXV) dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, serta kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi atau droplet.

Baca Juga: Kenapa Pengguna Media Sosial Ramai-ramai Posting Video Peringatan Darurat? Cek Penjelasannya

Penyakit Mpox dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa, termasuk ruam bernanah pada kulit, droplet, dan saat melakukan hubungan seksual.

Penularan melalui droplet biasanya membutuhkan kontak erat yang lama, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau kontak erat dengan kasus berisiko lebih besar untuk tertular.

“Orang yang berhubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti berisiko tinggi tertular Mpox. Kelompok risiko utama adalah laki-laki yang melakukan seks dengan sejenis,” tutur Yudhi.

Baca Juga: Bahlil Lahadalia Resmi Jadi Ketum Golkar yang Baru Sesuai Hasil Munas

Ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Jika muncul gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit, segera periksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.

“Kepada masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak gonta ganti pasangan ataupun perilaku seks sesama jenis. Jika bergejala Mpox, segera mengunjungi dokter ke fasilitas kesehatan terdekat,” pesan Yudhi.

Untuk mengetahui tingkat fatalitas, dapat dilakukan dengan memahami dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan Subclade 1a.

Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) atau penyebab angka kematian lebih tinggi daripada clade lain, dan ditularkan melalui beberapa cara. Sementara Subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11%.

Baca Juga: Kata Teja Soal Penyelamatan Krusial Saat Lawan Dewa United: Hasil Kerja Keras di Latihan

Sedangkan virus Monkeypox Clade II berasal dari di Afrika Barat terdiri atas Subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6%. Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada tahun 2022.

Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SPKK(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menerangkan bahwa varian Mpox Clade I, baik Subclade 1a maupun 1b sampai saat ini belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga kini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II.

“Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate-nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, terus kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh close contact (kontak erat), tidak melulu seksual kontak,” ungkapnya.

Karena Mpox terutama menyerang kulit, Prasetyadi mengimbau kepada siapa pun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan muncul gejala, agar tidak memencet dan menggaruk lesi/tonjolan yang muncul di kulit, serta sebaiknya membiarkan lesi tersebut. Sebab lesi, baik yang basah maupun yang sudah mengering berpotensi menularkan virus.

“Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat,” ucapnya.

Baca Juga: Komplikasi Cacar Monyet atau Mpox, Waspada Gejala yang Sering Terjadi di Bagian Tubuh ini

Berdasarkan laporan “Technical Report Mpox di Indonesia Tahun 2023” yang diterbitkan Kemenkes pada 2024, gejala Mpox pada kasus konfirmasi yang paling banyak dilaporkan, antara lain lesi, diikuti oleh demam, ruam, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening).

Durasi kesembuhan pasien Mpox bervariasi mulai dari 2-4 minggu. Periode lama sakit paling singkat adalah 14 hari dari timbulnya gejala pertama.

Dari sisi pencegahan dan perawatan pasien Mpox, Kemenkes mengupayakan pemenuhan vaksin dan obat-obatan termasuk antibiotik. Sebagian besar kasus Mpox di Indonesia diberikan terapi suportif dan simtomatis. Kasus tersebut dilakukan perawatan dan isolasi, baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.

Kemenkes telah melaksanakan vaksinasi Mpox bagi kelompok risiko tinggi pada tahun 2023 terhadap 495 sasaran. Pada tahun 2024 sedang dalam proses penyiapan total 4.450 dosis vaksin, yakni 2.225 sasaran dengan 2 dosis per individu.***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Trending