35,8 Juta Orang Indonesia Termasuk Anak Idap Penyakit Gula, Menkes: Coba Cek Ukuran Celana

3 Agustus 2024, 11:00 WIB
Ilustrasi Penyakit Gula /Pexels/Artem Podrez

PRFMNEWS - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan ada sekitar 13 persen populasi Indonesia atau sekira 35,8 juta orang mengalami penyakit gula atau diabetes. Hal ini diungkapnya menyusul kabar banyak anak-anak rutin cuci darah akibat penyakit gula.

Menkes menuturkan potensi penyakit diabetes ini bisa semakin parah dan memicu komplikasi penyakit berbahaya lain jika tidak ditangani secara berkelanjutan. Oleh karena itu, Budi berharap masyarakat, terutama anak-anak harus mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula.

"Anak-anak sekarang minumnya gula semua. Itu yang harus dikurangi. Kembali ke tanpa gula. Itu dialisis, kalau enggak dilakukan penanganan tiap hari, itu bisa jadi penyakit kronis," ujarnya di Gedung Sate Bandung, Jumat 2 Agustus 2024.

Baca Juga: CEK FAKTA: BPJS Kesehatan Nunggak Bayar ke RS Muhammadiyah Bandung hingga Berujung Putus Kerja Sama?

Menurut Budi, cara mudah mengecek kadar gula dalam darah seseorang terlampau tinggi atau masih normal dapat dilakukan dengan mengukur ukuran celana yang dipakai.

"Ukuran paling gampang, lihat ukuran celana jeans, kalau di atas 34, kemungkinan gulanya banyak," kata dia.

Banyaknya konsumsi gula pada makanan dan minuman, lanjut Budi, berkelindan dengan kasus anak yang harus menjalani cuci darah karena mengalami kegagalan ginjal.

Hal ini berpotensi semakin meluas dengan tren makanan dan minuman manis saat ini yang makin membuat anak terbiasa mengonsumsi asupan berkadar gula tinggi. Sehingga perlu dibantu oleh orang tua agar membatasi konsumsinya sesuai batas aman untuk menekan risiko penyakit.

Baca Juga: Waspada Macet! 8 Acara Ini Digelar di Bandung Minggu 4 Agustus 2024, Simak Lokasinya

"Banyak anak sekarang dikasih minum dan makan dengan gula tinggi. Jadi Indonesia suka gula. Padahal gula itu penyebab segala macam penyakit. Mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung, itu penyebabnya gula," ungkap Budi.

Menurut dia, idealnya konsumsi gula per hari maksimal empat sendok teh. Dan jika lebih dari itu, berpotensi merusak ginjal, hingga efeknya harus kasus cuci darah seperti yang terjadi pada anak saat ini.

"Untung Jawa Barat kalau minum teh, pahit. Ini harus dicontoh. Jadi kalau bisa jangan pakai gula," ucapnya.

Baca Juga: Detik-detik Penangkapan Perampok yang Culik Siswi SMP di Jakbar, Polisi: Waspada ini Modus Baru

Di lokasi yang sama, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan peran orang tua dan keluarga sangat penting untuk saling mengingatkan agar mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, serta mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak berlebih.

"Cuci darah kan kebanyakan ke anak (ada peningkatan), sekarang tetap peran orang tua yang penting untuk anak itu. Jangan sampai kejadian tidak dijadikan contoh," ujarnya.

Lebih lanjut, Bey menyampaikan pihaknya mendesak Kementerian Kesehatan dan pihak terkait untuk segera menerapkan label khusus pada makanan dan minuman kemasan, guna mencegah munculnya lonjakan kasus anak cuci darah yang angkanya terdeteksi tinggi.

"Kami harap segera memberikan penandaan pada kemasan minuman makanan terkait GLG (gula, garam, lemak), sehingga masyarakat tak khawatir dan ada kepastian berapa gula yang baik, garam yang baik. Jadi tinggal diberikan tanda misalnya hijau berarti aman, itu kan masyarakat lebih mudah lagi dan akan aman serta bagus untuk anak-anak," ujarnya.***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Trending