Luruskan Polemik 1 Wanita Wajib Punya Satu Anak Perempuan, Ketua BKKBN: Aku Tidak Ngomong Begitu

9 Juli 2024, 11:30 WIB
Kepala BKKBN dokter Hasto. /Dok. BKKBN/

PRFMNEWS - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengklarifikasi soal pernyataan dirinya menyampaikan satu perempuan wajib punya satu anak perempuan. Pernyataan tersebut sempat memicu kritikan dari sejumlah masyarakat.

Hasto pun membantah. Dia menegaskan tidak pernah mengatakan kalimat satu wanita wajib memiliki satu anak perempuan. Ia menegaskan bahwa yang dimaksudnya adalah diharapkan rata-rata seorang ibu memiliki satu anak perempuan dalam keluarganya.

"Aku tidak ngomong kalau satu perempuan wajib punya anak satu perempuan. Aku ngomong gak begitu, aku ngomongnya gini, rata-rata diharapkan satu perempuan punya anak satu perempuan, rata-rata, lho," kata dia di Magelang, Minggu 7 Juli 2024, dikutip prfmnews.id dari ANTARA.

Baca Juga: Bahaya Judi Online Picu Kenaikan Kasus Perceraian, Begini Penjelasan BKKBN

Adapun pernyataan yang sempat menimbulkan polemik tersebut diutarakan kepala BKKBN tersebut usai menjadi pembicara acara "Percepatan Penurunan Stunting untuk Menyongsong Generasi Emas 2045" di Magelang, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Hasto menyebut tujuan dirinya menyarankan seorang wanita memiliki satu anak perempuan adalah pertumbuhan penduduk di Indonesia tetap seimbang antara laki-laki dan perempuan.

"Kalau depan rumah saya punya anak perempuan dua, belakang (rumah) saya nggak punya anak perempuan, (maka) pas sudah. Itulah makna bahwa rata-rata, jangan diterjemahkan satu perempuan wajib punya anak satu," jelasnya mencontohkan kondisi kelahiran anak perempuan yang bisa menyeimbangkan populasi pertumbuhan penduduk antara pria dan wanita di suatu lokasi.

Baca Juga: BKKBN Imbau Calon Pengantin Miliki Sertifikat Elsimil, Simak Cara dan Manfaatnya

“Jadi tugas BKKBN itu menjaga penduduk tumbuh seimbang kalau suatu wilayah itu, satu kelurahan perempuannya 5.000, sepuluh tahun lagi perempuannya tinggal 4.500, pasti penduduk itu berkurang karena yang hamil dan melahirkan itu perempuan,” imbuhnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Trending