Sudah Kemarau, BMKG Ungkap Ancaman Kekeringan di Banyak Wilayah Indonesia hingga Akhir 2024

29 Mei 2024, 14:30 WIB
Ilustrasi musim kemarau. /prfmnews

PRFMNEWS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan sebanyak 19 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau periode mulai akhir Mei 2024. Pada musim kemarau tahun ini, BMKG meminta masyarakat mewaspadai potensi kekeringan meteorologis yang mendominasi terjadi di banyak wilayah Indonesia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan, wilayah di Indonesia yang saat ini sudah memasuki musim kemarau dan berpotensi terjadi kekeringan meteorologis antara lain Aceh, Sumatera Utara, Riau, pesisir utara dan selatan Pulau Jawa, Bali bagian Selatan, NTB dan sebagian NTT.

Dwikorita mengatakan periode rentan terjadi kekeringan selama musim kemarau di banyak wilayah Indonesia diprediksi akan terjadi hingga Oktober 2024. Pada Agustus 2024, lanjut dia, sejumlah wilayah berpotensi terjadi curah hujan sangat rendah.

“Curah hujan sangat rendah pada Agustus 2024 berpotensi terjadi di Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pada September 2024 masih berpeluang terjadi di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur,” ungkap dia dalam keterangan tertulis di laman resmi BMKG, dikutip prfmnews.id pada Rabu 29 Mei 2024.

Baca Juga: Waspada Musim Kemarau 2024 Picu Kekeringan Meteorologis di Sejumlah Daerah Indonesia, Ini Penjelasan BMKG

Dwikorita menambahkan, kondisi curah hujan sangat rendah selama musim kemarau yang berpotensi memicu kekeringan meteorologis masih akan terjadi pada Oktober sejak Juni 2024 di sebagian Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

“Dimulai dari Juni hingga Oktober. Ini perlu disiapsiagakan, perlu mitigasi khusus dampak kekeringan," kata dia.

Dwikorita mengungkap pula telah muncul beberapa titik panas awal pada daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Untuk itu perlu diwaspadai risiko menengah dan tinggi yang akan terjadi di daerah tersebut.

"Kami merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk mengisi waduk-waduk di daerah yang berpotensi mengalami kondisi kering saat musim kemarau. Lalu, membasahi dan menaikkan muka air tanah pada daerah yang rawan mengalami karhutla ataupun pada lahan gambut," tuturnya.

Baca Juga: Hadapi Kemarau, Kementerian Pertanian Siapkan 10.000 Pompa Air untuk Pertanian di Jawa Barat

Selain itu, Dwikorita menyarankan agar selalu memastikan koneksitas jaringan irigasi dari waduk ke kawasan yang terdampak kekeringan benar-benar memadai, agar upaya modifikasi cuaca dapat terlaksana dengan efektif dan efisien dalam memitigasi potensi bencana kekeringan.

"Daerah yang masih mengalami hujan atau transisi dari musim hujan ke musim kemarau, perlu segera mengoptimalkan secara lebih masif upaya untuk memanen air hujan, melalui tandon-tandon/ tampungan-tampungan air, embung-embung, kolam-kolam retensi, sumur-sumur resapan, dan sebagainya. Seiring dengan upaya mitigasi dampak kejadian ekstrem hidrometeorologi basah yang sedang dilakukan," jelas dia.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Trending