Ini Catatan Akademisi Unpad Terkait Penanganan Covid-19 di Kota Bandung

- 11 Juni 2020, 19:06 WIB
Ilustrasi virus corona.
Ilustrasi virus corona. /PIXABAY/Fernandozhiminaicela

BANDUNG,(PRFM),- Jelang berakhirnya pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proporsional di Kota Bandung, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengundang sejumlah akademisi dari Universitas Padjajaran (Unpad) untuk berdiskusi terkait evaluasi PSBB.

Salah satu aspek yang menjadi sorotan utama evaluasi tersebut, adalah kesehatan.

Baca Juga: Penyiram Novel Baswedan Dituntut 1 Tahun Penjara

Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Unpad, dr. Dr. Irvan Afriandi MPH, PH menjelaskan, perkembangan penanganan Covid-19 di kota Bandung pada dasarnya sudah dalam jalur yang sesuai protokol World Health Organization (WHO).

Ini disimpulkan dari kesiapan sistem pelayanan kesehatan dan surveylan.

“Pengamatan kami, pada dasarnya sudah mengupayakan hal terbaik, upaya untuk memastikan Covid-19 terkendali. Ada dua ranah, kesiapan sistem pelayanan kesehatan dan sistem surveylan (pengawasan). Sistem pelayanan, kapasitas tempat tidur, perawatan, alat (ventilantor) pelacakan, dan deteksi dini,” jelas Irvan saat jumpa pers di Balaikota Bandung, Kamis (11/06/2020).

Baca Juga: Truk Pengangkut Aspal Terjungkir di Dago, Sopir Meninggal Dunia

Menurutnya, berdasarkan data yang ia peroleh jumlah yang dirawat di rumah sakit menurun, saat angka kasus naik.

Selain itu, sistem pemeriksaan yang dilakukan Gugus Tugas Covid-19 Kota Bandung juga mengalami peningkatan, dimana saat ini pasien yang menjalani perawatan adalah mereka yang memiliki gejala berat.

“Ini berdasarkan pengamatan kami, sudah ada penguatan, berdasarkan tren epidemi trennya menurun, dengan indikator-indikator lain juga turun. Itu modal optimisme bagi kita dan ini justru perlu dipelihara, dan dikuatkan,” katanya.

Irvan melanjutkan, kasus Covid-19 merupakan hal baru di Indonesia, bahkan di dunia.

Baca Juga: Update 11 Juni: Kasus Positif Covid-19 di Kabupaten Bandung Capai 88 Orang

Semua negara tidak memiliki standar protokol penanganannya, karena berhadapan dengan sifat virus yang baru dikenal, meskipun kategori virusnya sama dengan SARS dan MERS.

Maka dirinya tidak terkejut jika penanganannya pun pada awal wabah pandemik ini, terkesan gagap dan tidak memiliki konsep, dan nyaris sama di setiap daerah.

“Ini sesuatu yang baru, sifat virusnya pun baru kita kenal meskipun kategorinya sama dengan virus SARS dan MERS. Dari sesuatu yang baru itu, maaf, tentu siapa pun yang menghadapinya itu tidak akan siap. Bahkan Amerika pun tidak siap,” tandas Irvan

Alasan itu pula, lanjut Irvan, yang akhirnya memunculkan istilah disruptive era, atau era dimana kemampuan adaptasi menjadi sebuah keharusan.

Baca Juga: Gugus Tugas Siap Perluas Aktivitas Ekonomi Jelang Berakhirnya PSBB, Mal Jadi Salah Satunya

Meski demikian, dirinya kurang sepakat jika ada pihak yang menilai penanganan pandemi Covid-19 di Kota Bandung ini minim kreatifitas, dan terkesan meniru daerah lain.

Pasalnya, penanganan wabah memang seharusnya dilakukan dengan respon yang sama dan cara serupa.

“Karena yang namanya virus itu benda biologis yang responnya kita harus sama, harus dilakukan dengan cara yang sama. Dalam hal ini saya akan berbeda pandangan dengan pendapat tadi. Bahwa penanganan wabah atau bencana harus satu komando dalam kerangka kerja, trace, test, dan treat harus sama,” pungkasnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x