Apa Itu Sedentary Lifestyle? Ini Penyebab dan Dampaknya Bagi Kesehatan

Penulis: Ema Rachmawati
Editor: Rifki Abdul Fahmi
Fenomena gaya hidup sedentary (sedentary living) banyak dialami pekerja kantoran.
Fenomena gaya hidup sedentary (sedentary living) banyak dialami pekerja kantoran. /Sequis.co.id/

 

PRFMNEWS - Dalam kehidupan modern saat ini, banyak orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk atau beraktivitas minim secara fisik. Kondisi ini dikenal dengan istilah sedentary lifestyle. Beberapa contoh sedentary lifestyle adalah duduk di depan laptop dalam kurun waktu lama atau bermain ponsel seharian.

Sedangkan jika kita duduk dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan melemahnya dan menyusutnya otot-otot besar di kaki dan gluteal. Otot-otot besar ini penting untuk berjalan dan menjaga keseimbangan. Jika otot-otot ini lemah, maka kamu lebih mungkin mengalami cedera akibat jatuh dan ketegangan saat berolahraga. Sedentary lifestyle dikenal juga dengan istilah sitting is new the new smoking.

Tanda-tanda kamu mungkin memiliki gaya hidup sedentary:

  1. Menghabiskan sebagian besar waktu di depan layar, baik komputer, TV, atau perangkat mobile.
  2. Merasa lelah dan lesu setelah duduk dalam waktu lama.
  3. Jarang melakukan aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki atau berdiri.
  4. Sering mengalami nyeri punggung atau leher akibat postur yang buruk saat duduk.
  5. Peningkatan berat badan tanpa perubahan signifikan dalam pola makan.

Dampak Sedentary Lifestyle

Risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari gaya hidup sedentari bisa membahayakan tubuh, seperti diabetes, penyakit jantung, obesitas, hingga gangguan mental. Penjelasan lengkap dari dampak sedentary lifestyle adalah sebagai berikut:

Baca Juga: New Lifestyle Ala Artotel Group, Peningkatan Standar Kebersihan dan Higienitas di Semua Properti

1. Meningkatkan Risiko Obesitas

Sedentary lifestyle diketahui paling sering menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan pada seseorang. Pasalnya, kurang bergerak akan membuat tubuh tidak mengolah makanan secara sempurna untuk dijadikan energi.

Dengan begitu, tubuh akan menyimpan energi dalam bentuk lemak pada tubuh. Apabila terjadi dalam kurun waktu yang lama, penumpukan lemak ini akan menyebabkan tubuh mengalami obesitas.

2. Meningkatkan Risiko Diabetes

Dampak buruk dari sedentary lifestyle selanjutnya yaitu meningkatkan risiko penyakit diabetes. Risiko diabetes akan semakin meningkat jika Anda tidak bergerak dan terbiasa mengonsumsi makanan manis serta tinggi kalori.

Risiko diabetes ini masih berkaitan dengan obesitas yang juga menjadi dampak dari sedentary lifestyle. Singkatnya, lemak yang menumpuk di dalam tubuh dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Padahal, insulin adalah hormon yang memiliki peran penting dalam mengolah gula pada tubuh.

3. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Dampak buruk berikutnya dari sedentary lifestyle adalah meningkatkan risiko penyakit jantung. Seseorang yang kurang bergerak berisiko membuat lemak atau kolesterol menumpuk pada pembuluh darah arteri.

Akibatnya, jantung jadi tidak dapat bekerja secara optimal dan memicu terjadinya penyakit serius seperti serangan jantung, jantung koroner, dan lain sebagainya.

4. Memicu Terjadinya Gangguan Mental

Gaya hidup sedentari juga dapat mengakibatkan gangguan mental pada seseorang. Ketika kurang melakukan aktivitas dan hanya berdiam diri di rumah, perasaan stres dan jenuh juga dapat memicu seseorang mengalami gangguan cemas (anxiety disorder) hingga depresi.

5. Penurunan Massa Otot dan Tulang

Tanpa aktivitas fisik yang cukup, tubuh cenderung mengalami penurunan massa otot dan kepadatan tulang. Otot yang tidak digunakan akan mengalami atrofi atau melemah, sementara tulang menjadi lebih rapuh dan rentan terhadap patah tulang. Hal ini dapat menyebabkan masalah mobilitas dan meningkatkan risiko osteoporosis, terutama pada populasi yang lebih tua.

6. Masalah Pencernaan

Gaya hidup sedentary juga berdampak negatif pada sistem pencernaan. Aktivitas fisik membantu merangsang gerakan peristaltik dalam usus, yang penting untuk pencernaan yang lancar dan sehat. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah seperti sembelit atau konstipasi, serta meningkatkan risiko gangguan pencernaan lainnya seperti sindrom iritasi usus besar (IBS).

7. Risiko Kanker

Gaya hidup sedentary dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker lainnya, seperti kanker payudara dan kanker endometrium. Sebuah studi kohort pada wanita di Amerika Serikat menemukan bahwa wanita yang paling tidak aktif secara fisik memiliki risiko 57% lebih tinggi terkena kanker endometrium dibandingkan dengan wanita yang paling aktif.

8. Gangguan Tidur

Kurangnya aktivitas fisik juga dapat memengaruhi pola tidur seseorang. Aktivitas fisik membantu mengatur ritme sirkadian tubuh, yang penting untuk tidur yang sehat dan teratur.

Orang yang kurang aktif cenderung memiliki masalah tidur seperti insomnia atau kesulitan tidur. Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan.

9. Depresi dan Kecemasan

Sedentary lifestyle juga dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Aktivitas fisik terbukti dapat meningkatkan produksi endorfin, hormon yang membuat perasaan senang dan mengurangi stres.

Orang yang memiliki gaya hidup sedentary, terutama jika duduk terlalu lama dalam sehari, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan mood seperti depresi dan kecemasan.

10. Penurunan Fungsi Kognitif

Kurangnya aktivitas fisik juga dapat memengaruhi fungsi kognitif seseorang. Fungsi kognitif mencakup berbagai proses mental, seperti persepsi, perhatian, memori, bahasa, berpikir, dan pemecahan masalah.

Aktivitas fisik membantu meningkatkan aliran darah ke otak, yang penting untuk menjaga kesehatan dan fungsi otak yang optimal.

Studi Cache County Memory Study pada 2015 yang dilakukan oleh Dr. Erin Jacobs dan timnya dari University of Utah, menunjukkan bahwa orang dewasa tua yang secara fisik aktif memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit Alzheimer dan demensia, bahkan setelah memperhitungkan faktor lain seperti usia, pendidikan, dan riwayat kesehatan.

Baca Juga: Mengenal Gaya Hidup 'Hustle Culture' Tren Gila Kerja di Kalangan Anak Muda, Apakah Kamu Salah satunya?

Cara Mengatasi Sedentary Lifestyle

Mengatasi gaya hidup sedentary perlu dilakukan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Dengan mengadopsi beberapa kebiasaan sehat, kamu dapat mengurangi risiko berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik. Berikut beberapa cara efektif untuk mengatasi sedentary lifestyle:

1. Tetapkan Jadwal Olahraga Rutin

Menetapkan jadwal olahraga rutin menjadi langkah pertama yang sangat penting untuk mengatasi gaya hidup sedentary. Pilih jenis olahraga yang Anda nikmati, seperti berlari, bersepeda, berenang, atau yoga, dan buat jadwal yang realistis untuk melakukannya secara teratur.

Kamu juga bisa mulai dengan intensitas yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri, lalu tingkatkan secara bertahap. Olahraga rutin tidak hanya membantu membakar kalori dan meningkatkan kebugaran fisik, tetapi juga dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.

2. Gunakan Pedometer atau Aplikasi Kebugaran

Menggunakan pedometer atau aplikasi kebugaran dapat menjadi alat yang efektif untuk memonitor aktivitas fisik harian mu. Alat ini dapat membantu kamu mengukur jumlah langkah yang diambil, kalori yang terbakar, dan waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas.

Melalui data ini, kamu bisa menetapkan tujuan harian dan termotivasi untuk lebih aktif. Aplikasi kebugaran juga sering menawarkan fitur tambahan seperti latihan yang dipandu dan pengingat untuk bergerak, yang dapat membantu Anda tetap konsisten dalam menjaga gaya hidup aktif.

3. Lakukan Peregangan secara Berkala

Melakukan peregangan secara berkala, terutama jika kamu menghabiskan banyak waktu duduk di depan komputer atau layar, sangat penting untuk mencegah kekakuan otot dan meningkatkan sirkulasi darah. Sisihkan beberapa menit setiap jam untuk bangun dan melakukan peregangan ringan.

Gerakan sederhana seperti merentangkan tangan, memutar leher, dan membungkukkan tubuh dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan fleksibilitas. Peregangan juga dapat membantu mengurangi risiko cedera dan meningkatkan postur tubuh.

4. Kurangi Waktu Duduk saat Menonton TV

Mengurangi waktu duduk saat menonton TV adalah cara lain untuk mengatasi sedentary lifestyle. Coba untuk berdiri atau melakukan aktivitas ringan saat menonton, seperti berjalan di tempat atau melakukan latihan ringan.

Anda juga dapat membatasi waktu menonton TV dan menggantinya dengan aktivitas fisik lainnya, seperti berjalan-jalan di sekitar lingkungan atau bermain olahraga bersama keluarga dan teman.

5. Aktif Bergerak saat Istirahat Kerja

Memanfaatkan waktu istirahat kerja untuk bergerak aktif menjadi cara efektif untuk mengurangi gaya hidup sedentary.

Alih-alih duduk di meja selama istirahat, coba untuk berjalan-jalan di sekitar kantor, naik turun tangga, atau melakukan latihan ringan.

Istirahat aktif tidak hanya membantu mengurangi ketegangan otot dan kelelahan, tetapi juga dapat meningkatkan konsentrasi dan produktivitas. Membuat kebiasaan bergerak saat istirahat kerja dapat membantu kamu tetap bugar dan sehat meskipun memiliki pekerjaan yang menuntut banyak duduk.

Baca Juga: 10 Tips Jitu Kembalikan Mood dan Semangat Kerja Setelah Libur Panjang!

Dampak sedentary lifestyle terhadap kesehatan fisik dan mental sangat signifikan, mencakup risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan berbagai gangguan lainnya.

Mengadopsi kebiasaan hidup yang lebih aktif, seperti menetapkan jadwal olahraga rutin, menggunakan pedometer, dan mengurangi waktu duduk, dapat membantu mengurangi risiko tersebut.

Penting untuk selalu menjaga tubuh tetap bergerak dan aktif untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan. Stay safe and healthy.***


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub