Berbeda halnya dengan daerah Pantura atau Ciayumajakuning, ketokohan Ono Surono menjadi kekuatan PDIP untuk meraih suara.
Dedi Mulyadi berhasil menarik dukungan dari banyak partai politik, termasuk Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, dan PSI. Tetapi, kehadiran Ahmad Syaikhu yang diusung oleh PKS, Nasdem, dan PPP, menciptakan dinamika tersendiri.
“Kita lihat dalam beberapa kali pemilu, PKS sangat efektif melakukan mobilisasi suara karena mereka sangat efektif di hari-hari terakhir,” tuturnya.
Saidiman juga menggarisbawahi, meskipun Dedi Mulyadi memiliki elektabilitas yang lebih tinggi saat ini, popularitasnya tidak sekuat Ridwan Kamil yang pada Pilgub sebelumnya yang mampu meraih dukungan hampir merata di seluruh wilayah Jawa Barat.
Saat ini seluruh bakal calon gubernur harus bekerja keras untuk mendapatkan dukungan di daerah-daerah yang menjadi basis partai lain.
Keempat pasangan saat ini membawa kekuatan politik dan strategi kampanye yang berbeda, sehingga membuat Pilgub Jabar kali ini menjadi lebih dinamis dan penuh kejutan.
Baca Juga: Luhut Pastikan Pembatasan Pertalite Tak Berlaku Bagi Ojol, Harga BBM Subsidi Tidak Akan Naik
Meski saat ini Dedi Mulyadi berada di posisi teratas dalam berbagai survei, Ia harus memperkuat posisinya di wilayah-wilayah yang belum sepenuhnya mendukungnya.
Sementara itu Ahmad Syaikhu dengan dukungan PKS yang solid, memiliki potensi untuk mengejar ketertinggalan di hari-hari terakhir menjelang pemilu, menjadikan pertarungan ini sangat terbuka bagi kedua calon utama.***