"Jika air sungai tengah surut mereka biasanya menyeberang lewat aliran sungai, namun yang dikhawatirkan jika terjadi banjir bandang tiba-tiba bisa menghanyutkan siapapun yang tengah menyeberang," tambahnya.
Ia mengatakan pihaknya sudah meminta bantuan dan bersurat ke instansi terkait untuk segera membangun jembatan permanen namun hingga kini belum terealisasi.
Maka dari itu,dirinya berkoordinasi dengan Kades Bantarpanjang agar dana desa 2025 sebagian dialokasikan untuk perbaikan jembatan jika bantuan untuk pembangunan ulang belum terealisasi.
Sementara itu, Leni Sumarni (40), guru SDN Cibadak, Desa Neglasari dan seorang warga Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, mengungkapkan bahwa untuk berangkat mengajar di Sekolah Dasar Negeri Cibadak, Desa Neglasari, ia terpaksa melintasi jembatan gantung dengan cara menggelantung.
"Saya pernah mencoba akses jalan lain yang memakan waktu pulang-pergi hingga tiga jam lebih. Namun, perjalanan yang menyita waktu, materi, dan tenaga membuat saya memutuskan melewati jembatan ini dengan hati berdebar. Jika melewati jembatan ini, perjalanan dari rumah ke tempat kerja hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam," ujar Leni.
Leni menjelaskan bahwa kondisi jembatan gantung yang tidak layak lintas menghambat segala aktivitasnya serta menyita waktu rutinitas.
"Tentu saja, kondisi ini menghambat efisiensi waktu. Selain saya, banyak siswa dari Kampung Cigirang ke Kampung Pamoyanan, termasuk yang bersekolah di madrasah dan sekolah menengah, yang menggunakan akses jalan ini," tambahnya.
Baca Juga: Bikin Polisi Kaget, Insiden Suami Tabrak Mobil Istri di Sukabumi Ternyata Dipicu Api Cemburu
Dengan kondisi jembatan gantung yang tidak layak digunakan akibat banjir dan longsor, Leni berharap pihak terkait segera memperhatikan dan memperbaiki jembatan tersebut.