Selain Udara Dingin, BMKG Imbau Warga Jabar Waspada Hujan Petir dan Angin Kencang pada Periode ini

Penulis: Agung Tri Nurcahyo
Editor: Rifki Abdul Fahmi
Ilustrasi Hujan Lebat
Ilustrasi Hujan Lebat /

Guswanto menyebut, hal tersebut menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari. Kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa ada hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan. Selain itu, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.

Baca Juga: Tak Hanya Bandung, Suhu Dingin ‘Bediding’ Terjadi di Beberapa Wilayah Lain Indonesia, Mana Saja?

"Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menerangkan beberapa wilayah di Indonesia hingga periode akhir Juli 2024 juga berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat.

Andri menjelaskan berdasarkan pemantauan BMKG terdapat daerah tekanan rendah di perairan barat Filipina (bibit Siklon Tropis 91W) dan di Laut Filipina sebelah utara Papua (bibit Siklon Tropis 92W). Daerah tekanan rendah ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Laut Filipina bagian barat, Laut Sulawesi hingga perairan timur Filipina.

Daerah konvergensi lainnya terpantau di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara bagian barat, Laut Seram, Laut Arafuru, dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua.

Baca Juga: Bandung Dingin Saat Dini Hari Hingga Pagi, BMKG Sebut Bisa Terasa Sampai Agustus

"Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah tekanan rendah dan di sepanjang daerah yang dilewati konvergensi tersebut," ujarnya.

Fenomena intrusi dry intrusion/udara kering dari BBS (Belahan Bumi Selatan) melintasi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku, yang mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab di Sulawesi bagian tengah, Maluku, dan Pulau Papua.

Peningkatan kecepatan angin hingga mencapai lebih dari 25 knot, ungkapnya, juga terpantau terjadi di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia sebelah barat daya, hingga selatan Jawa Barat, Laut Jawa bagian tengah dan timur, Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram, Laut Halmahera, dan Laut Maluku yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.

Halaman:

Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub