Pengamat Sebut Ada Tiga Hal yang Perlu Diperbaiki dalam Pembelajaran Jarak Jauh

- 26 Juli 2020, 16:05 WIB
Seorang pelajar SMA di Jabar sedang mengikuti pembelajaran jarak jauh.***
Seorang pelajar SMA di Jabar sedang mengikuti pembelajaran jarak jauh.*** /Dok Dinas Pendidikan Jabar.

PRFMNEWS - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan di masa pandemi Covid-19 ternyata menuai masalah. Banyak siswa, guru hingga orangtua yang mengeluh bahwa pembelajaran jarak jauh memberatkan mereka.

Pengamat Pendidikan, Dan Satriana mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat bersama KPAI, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dan diperbaiki dalam pelaksanaan PJJ.

"Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dan diperbaiki pada pembelajaran jarak jauh," kata Dan saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Minggu 26 Juli 2020.

Baca Juga: STIA LAN Bandung Gelar Webinar Nasional dengan Menghadirkan Sandiaga Uno

Dan menjelaskan tiga hal yang perlu diperbaiki dalam PJJ ini. Pertama adalah terkait akses daring. Menurutnya, berdasarkan hasil survei Disdik Jabar, ada 42 ribu lebih siswa yang belum bisa mengakses daring dengan baik.

Yang kedua, lanjutnya, 76% anak tidak senang mengikuti PJJ. Pasalnya, anak melihat PJJ ini lebih banyak memberikan tugas dan membosankan.

"Ketiga, orangtua merasa kesulitan dalam mendampingi anak belajar di rumah. Kesulitan bisa karena pelajaran yang sulit, dan sulit mengatur anak-anak," katanya.

Tiga hal tersebut kata dia harusnya diperbaiki sebelum PJJ dipastikan berlangsung pada tahun ajaran baru. Pemerintah dan sekolah harus mempersiapkan PJJ agar berjalan optimal.

"Saya belum melihat apakah evalusi hasil survei digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki tiga hal tadi," katanya.

Baca Juga: Kata Striker Persebaya David Da Silva Soal Dilanjutkannya Liga 1: Saya Tidak Khawatir

Selain tiga hal tadi, Dan juga menjelaskan poin penting lain yang menghambat pelaksanaan PJJ.

Menurutnya, di Indonesia baru sekitar 8% guru yang biasa menggunakan media informatika dalam proses mengajar sebelum adanya pandemi Covid-19.

Oleh karenanya, ketika metode tersebut diterapkan di masa pandemi, banyak guru yang mengalami kesulitan. 

"Ada kendala teknis ketika mereka (guru) mengandalkan teknologi informatika sebagai satu-satunya cara ajar," katanya.

Baca Juga: Negara G20 Terus Dorong Kerjasama Pengembangan Vaksin dan Obat Covid-19

Dia mengamati, dalam proses PJJ, guru hanya memindahkan proses belajar tatap muka di kelas ke tatap muka virtual.

Guru tidak menyadari bahwa kemampuan anak dalam berkonsentrasi mendengarkan dan melihat di ponsel tidak lebih dari 15-20 menit.

"Guru juga mati gaya ketika bahan ajar harus menggunakan virtual," katanya.

Oleh karenanya ia pun meminta pemerintah untuk melakukan pendampingan agar guru mampu mencari bahan pembelajaran yang lebih interaktif.

Baca Juga: Meski Masih Ditutup Pengunjung Bisa Kunjungi Museum Konferensi Asia Afrika Lewat Tour Virtual

Selain itu, guru juga perlu didampingi dalam mengembangkan pembelajaran jangka pendek.

"Dampingi guru dalam mengembangkan pembelajaran jangka pendek 15-20 menit, guru harus memberikan ruang penugasan kepada siswa untuk bekerja aktif membaca, misal diminta menganalisa sesuatu dengan mencari bahan sendiri," tandasnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x