Jawa Barat Jadi Daerah dengan Tingkat Infeksi Covid-19 Terendah di Pulau Jawa

- 23 Juni 2020, 07:30 WIB
Ridwan Kamil saat memberikan keterangan pers usai Rapat Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Senin (22/6/2020).**
Ridwan Kamil saat memberikan keterangan pers usai Rapat Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Senin (22/6/2020).** /HUMAS JABAR

PRFMNEWS - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan, dari 34 provinsi di Indonesia, Jawa Barat (Jabar) berada di urutan ke-28 dalam tingkat infeksi covid-19 di Indonesia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat infeksi Jabar berada di angka 6,6 persen, dan merupakan yang terendah di Pulau Jawa.

"Hal ini menandakan, walaupun provinsi ini (Jabar) jumlah penduduknya besar, tapi tingkat infeksinya persentasenya paling kecil diurutuan ke-28 dari 34 provinsi,” kata Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil-- dalam jumpa pers usai Rapat Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Senin (22/6/2020).

Kini, kata Kang Emil, angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 Jabar konsisten di bawah 1, meski fluktuatif. Tingkat keterisian ruang perawatan Covid-19 di rumah sakit rujukan hanya 27,64 persen. Artinya, sekitar 72,36 persen ruang perawatan Covid-19 di rumah sakit rujukan masih tersedia.

Baca Juga: ASN Kota Bandung Dituntut Terus Berinovasi Dalam Memberikan Pelayanan Prima Kepada Warga

“Angka rata-rata reproduksi (Covid-19), Alhamdulillah di bawah 1. Setiap minggu kita melaporkan. Minggu ini memang ada kenaikan di 0,9. Tapi, kalau rata-rata selama dua minggu, (Rt) kami ada di 0,68,” ucapnya.

“Dan berita baik lagi dari rumah sakit, turun lagi tingkat keterisian. Jadi, keterisian selalu menurun, menandakan tingkat kesembuhan yang sudah tujuh kali lipat dari tingkat kematian. Sekarang tinggal di 27,64 persen (presentase keterisian rumah sakit rujukan),” imbuhnya.

Menurut Kang Emil, alat deteksi SARS-CoV-2 yang dikembangkan Unpad, yakni Deteksi CePAD atau Rapid Test 2.0, akan diproduksi sebanyak 5.000 kit dan memasuki validasi ke sampel virus asli.

Baca Juga: Perubahan Kuota Jalur Prestasi Non-akademik di PPDB Kota Bandung, Disdik: Kuota Bukan Berarti Jatah

Perbedaan rapid test 2.0 dengan rapid test yang umum digunakan saat ini adalah molekul yang dideteksi. Rapid test COVID-19 yang umum mendeteksi antibodi, dan rapid test 2.0 mendeteksi antigen. Sehingga, rapid test 2.0 dinilai dapat mendeteksi virus lebih cepat, karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: Humas Jawa Barat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x