Network
BANDUNG, (PRFM) - Pekerja migran Indonesia yang berada di luar negeri diperkirakan mencapai jutaan orang.
Para pekerja migran tersebut selama ini menjadi sumber devisa bagi Indonesia. Tetapi, perhatian bagi pekerja migran dinilai masih sangat minim dari pemerintah.
Baca Juga: Ade Afriandi Ingin Hapus Citra Buruk Satpol PP
Ketua Dewan pembina Asosiasi Pekerja Purna Migran Indonesia (APPMI) Jawa Barat, Boris Syaifullah mengatakan, selama ini para pekerja migran Indonesia maupun purna migran Indonesia masih kerap dipandang sebelah mata oleh pemerintah.
"Pekerja dan purna migran indonesia yang berasal dari Jawa Barat jumlah nya sangat banyak serta berasal dari berbagai sektor industri," kata Boris dalam keterang resmi APPMI Jawa Barat yang diterima Redaksi PRFM, Selasa (16/6/2020).
Padahal, pekerja migran Indonesia selama ini menjadi sumber devisa bagi Indonesia.
Boris pun mengharapkan perhatian ini tidak hanya harus dari pemerintah pusat, tetapi juga berasal dari pemerintah daerah.
Baca Juga: Terlibat Kasus Prostitusi Anak, Polda Metro Jaya Tangkap Warga AS Buronan FBI
"Bentuk perhatian dari pemerintah pun harus pada saat pekerja migran Indonesia berangkat dan sampai di negara tujuan. Serta pada saat mereka kembali ke tanah air apabila kontrak kerja mereka di negara tujuan sudah habis," imbuh Boris.
Boris mengungkapkan, perlu adanya pelaksanaan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) terkait perlindungan untuk para pekerja dan purna migran Indonesia, khususnya yang berasal dari Jawa Barat.
"APPMI Jawa Barat sendiri pada saat ini berkantor di Gedung Graha Merah Putih Jalan Terusan Buahbatu Bandung. Bagi rekan-rekan pekerja migran maupun purna migran yang berasal dari Jawa Barat bisa bertukar pikiran atau sharing di kantor APPMI," tutup Boris yang juga Ketua Komite Korea Kadin Kota Bandung.
Sementara itu Ketua APPMI Jawa Barat, Biben Fikriana mengatakan, pekerja migran dan purna migran Indonesia yang berasal dari Jawa Barat jumlahnya berada pasa kisaran 4.5 juta orang. Mereka tersebar dengan berbagai negara tujuan dengan asumsi 70 persen pria dan 30 persen wanita serta berasal dari berbagai sektor industri.
