Network
BANDUNG,(PRFM) - Pembatasan sosial atau social distancing ternyata bukan konsep baru. Beberapa spesies hewan diketahui sudah lama menerapkan pembatasan sosial.
Biolog yang juga Kepala Tahura Djuanda Lianda Lubis mengibaratkan praktek social distancing dengan kehidupan kelompok monyet di Tahura.
Menurutnya, di Tahura ada 10 kelompok monyet, mereka tidak bersinggungan secara fisik, tapi memiliki daerah edar masing-masing.
"Coba lihat di Tahura, ada 10 kelompok monyet yang punya daerah edar masing-masing, kelompok satu dengan yang lainnya walaupun bersinggungan, tapi secara fisik tidak bersinggungan," kata Lianda saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Selasa (31/3/2020).
Baca Juga: Polsek Margaasih Sebut Penyemprotan Disinfektan Rutin adalah Pelayanan kepada Masyarakat
Menurut Lianda, kelompok monyet sudah menerapkan social distancing dari dulu. Dengan menerapkan social distancing atau menjaga jarak antar kelompok, mereka aman berkeliaran.
"Antara satu kelompok dengan kelompok lannya tidak akan bersinggungan, jadi mereka aman berkeliaran. Begitu bersinggungan, maka akan terjadi perang kelompok," kata Lianda.
Oleh karena itu, kata dia, pola social distancing untuk memutus mata rantai penyebaran corona, bisa mengadaptasi pola social distancing kelompok hewan. "Kita bisa ikuti pola seperti itu," kata Lianda.
Baca Juga: Ridwan Kamil Restui Karantina Wilayah Parsial Hingga Tingkat Kecamatan
Ia menambahkan, jika pola social distancing ala hewan diterapkan secara maksimal, maka penyebaran corona bisa diatasi. Apalagi, di Jawa Barat sudah ada klaster penyebaran virus mematikan tersebut.
"Di Jabar ada klaster penyebaran corona, seperti klaster Hipmi, klaster Lembang dan lain-lain. Klaster ini cukup menarik, berarti kita sudah menemukan kelompok masyarakat, kelompok kegiatan, yang sudah beredar virus corona disitu, jadi bisa dilokalisir," kata Lianda.***
