Penyebab Sumedang Masuk Jajaran 5 Kota Terpanas di Asia Tenggara pada Pertengahan 2024

22 September 2024, 14:00 WIB
Menara Kujang Sepasang di Jatigede, Kabupaten Sumedang. Intip 5 tempat wisata hits dan Instagramable di Sumedang yang bisa dikunjungi saat libur. /Pemkab Sumedang

BANDUNG, PRFMNEWS – Lima kota di Asia Tenggara masuk daftar daerah memiliki suhu paling panas pada periode pertengahan tahun 2024, tepatnya bulan Juni hingga Agustus.

Dari lima kota terpanas di Asia Tenggara, empat di antaranya berada di wilayah Indonesia. Sumedang, Jawa Barat, masuk daftar empat kota di Indonesia dengan suhu tertinggi periode Juni-Agustus 2024.

Data tersebut berdasarkan hasil analisis Climate Central yang menyebutkan empat kota di Indonesia dengan suhu terpanas di Asia Tenggara yakni Sumedang, Makassar, Bandar Lampung, dan Palembang.

Baca Juga: Kominfo Tindaklanjuti Dugaan Kebocoran Data NPWP Ditjen Pajak

Penyebab paparan suhu lebih panas melanda Sumedang, Makassar, Bandar Lampung, dan Palembang, akibat dampak perubahan iklim dipicu pembakaran bahan bakar fosil yang tidak berhenti dari berbagai sumber antara lain minyak, gas, dan batubara.

Hal itu juga terjadi pada kota kelima di Asia Tenggara yang memiliki suhu tertinggi selama periode tiga bulan tersebut, yakni Davao di Filipina.

Selama Juni-Agustus 2024, laporan dari situs resmi lembaga nirlaba tersebut mencatat Kota Makassar mengalami 88 hari panas dan Sumedang 83 hari.

Kemudian Palembang dan Bandar Lampung masing-masing mengalami 81 hari panas, serta Davao yang mengalami 83 hari panas.

Baca Juga: Link Live Streaming PSBS Biak vs Persebaya Surabaya di Siaran Langsung Liga 1 Hari Ini

Selama periode tersebut diperkirakan 2 miliar orang di seluruh dunia terpapar suhu panas yang berisiko untuk kesehatan. Rata-rata, setiap orang mengalami tambahan 17 hari "panas berisiko" akibat perubahan iklim.

"Suhu tinggi yang jelas-jelas dipengaruhi oleh perubahan iklim telah mengancam kesehatan miliaran orang di seluruh dunia selama tiga bulan terakhir. Tidak ada wilayah, negara, atau kota yang aman dari bahaya mematikan yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil," ujar Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central, Andrew Pershing, dalam keterangannya.

Andrew menjelaskan, dengan menggunakan Climate Shift Index (CSI) dari Climate Central, analisis tersebut mengukur dampak perubahan iklim terhadap suhu dan memperkirakan jumlah orang yang terdampak oleh kondisi ekstrem tersebut.

Analisis memberikan data terperinci mengenai paparan panas di tingkat global, regional, lokal, dan di sekitar 1.200 kota.

Di Indonesia, dengan populasi terbesar di antara negara Asia Tenggara, diperkirakan 128 juta orang terpapar CSI 5 selama 60 hari atau lebih. Itu berarti suhu yang dirasakan setidaknya lima kali lebih tinggi akibat perubahan iklim selama periode tersebut.

Baca Juga: 5 Lontong Kari Paling Enak di Bandung, Cocok Banget Buat Sarapan

Hampir seluruh penduduk Filipina, Singapura dan Vietnam terpapar suhu berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan setidaknya selama satu pekan. Lebih dari dua pertiga populasi Thailand dan Indonesia juga mengalami paparan suhu yang mengancam kesehatan dalam skala yang serupa.

"Kondisi itu tiga kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim," ujarnya.

Asia Tenggara adalah wilayah dengan jumlah penduduk terbesar yang terpapar suhu ekstrem akibat perubahan iklim. Selama 60 hari pada Juni, Juli, dan Agustus, lebih dari 204 juta orang di wilayah itu mengalami suhu yang meningkat setidaknya lima kali lipat karena perubahan iklim.

Di Malaysia, Singapura, dan Filipina, suhu naik setidaknya tiga kali lipat selama lebih dari 60 hari. Sementara itu, Thailand dan Vietnam mengalami kondisi serupa masing-masing selama 52 dan 46 hari.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Trending