Nyawa Taruhannya! Pelajar di Sukabumi Bergelantungan di Jembatan Rusak Agar Bisa Sekolah

24 Juli 2024, 11:00 WIB
Siswa berusaha melintasi jembatan rusak di Neglasari, Lengkong, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (23/7/2024). /Henry Purba/ANTARA FOTO

PRFMNEWS - Untuk menyeberangi Sungai Cikaso, sejumlah pelajar yang berada di dua desa yakni Desa Neglasari dan Bantarpanjang, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jabar harus 'bertaruh nyawa' agar bisa sampai ke sekolah karena jembatan gantung penghubung antara Kecamatan Lengkong dan Jampangtengah sudah rusak dan hampir putus.

Jembatan gantung ini memiliki panjang 30 meter dan lebar 1,70 meter, melintang di atas Sungai Cikaso.

Diketahui, jembatan penghubung Kampung Cigirang di Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, dan Kampung Pamoyanan di Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampang Tengah, mengalami kerusakan parah, sejak 15 Juni 2024.

Separuh bangunan jembatan tersebut putus dari rangkaian tali baja. Keadaan semakin memburuk pada 29 Juni 2024 ketika jembatan kembali dihantam oleh derasnya air yang meluap akibat curah hujan tinggi.

Baca Juga: Respons Kematian Bayi di Sukabumi, Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman dan Punya 4 Manfaat

"Jembatan penghubung antara Desa Neglasari dan Bantarpanjang ini merupakan akses penyeberangan utama masyarakat bahkan tidak sedikit pelajar mulai tingkat SD hingga SMA yang terpaksa masih memanfaatkan material jembatan ini untuk menyeberangi Sungai Cikaso demi menghemat waktu," kata Kepala Desa Neglasari Rahmat Hidayat, mengutip dari ANTARA.

Menurut Rahmat, jembatan ini rusak akibat disapu banjir bandang beberapa bulan lalu dan hingga kini belum diperbaiki. Meskipun kondisinya sudah sangat memprihatinkan, jembatan tetap menjadi akses utama warga yang ingin menyeberang dari Desa Neglasari ke Bantarpanjang maupun sebaliknya.

Pihaknya pun merasa khawatir melihat para pelajar bergelantungan di sisa besi pijakan jembatan itu, karena bisa terjadi hal yang tidak diinginkan seperti terjatuh ke aliran sungai berarus deras tersebut.

Sebenarnya ada akses jalan lainnya yang bisa digunakan untuk menyeberang, tetapi jaraknya jauh diperkirakan mencapai 10 km dan aksesnya tidak memadai serta memakan waktu yang lama hampir yakni sekitar 1-2 jam untuk menyeberang dari Desa Neglasari ke Bantarpanjang maupun sebaliknya.

"Jika air sungai tengah surut mereka biasanya menyeberang lewat aliran sungai, namun yang dikhawatirkan jika terjadi banjir bandang tiba-tiba bisa menghanyutkan siapapun yang tengah menyeberang," tambahnya.

Ia mengatakan pihaknya sudah meminta bantuan dan bersurat ke instansi terkait untuk segera membangun jembatan permanen namun hingga kini belum terealisasi.

Maka dari itu,dirinya berkoordinasi dengan Kades Bantarpanjang agar dana desa 2025 sebagian dialokasikan untuk perbaikan jembatan jika bantuan untuk pembangunan ulang belum terealisasi.

Baca Juga: Cek Sungai Citarum di Jembatan BBS Batujajar, Sekda Jabar Pastikan Sudah Bersih dari Sampah yang Sempat Viral

Sementara itu, Leni Sumarni (40), guru SDN Cibadak, Desa Neglasari dan seorang warga Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, mengungkapkan bahwa untuk berangkat mengajar di Sekolah Dasar Negeri Cibadak, Desa Neglasari, ia terpaksa melintasi jembatan gantung dengan cara menggelantung.

"Saya pernah mencoba akses jalan lain yang memakan waktu pulang-pergi hingga tiga jam lebih. Namun, perjalanan yang menyita waktu, materi, dan tenaga membuat saya memutuskan melewati jembatan ini dengan hati berdebar. Jika melewati jembatan ini, perjalanan dari rumah ke tempat kerja hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam," ujar Leni.

Leni menjelaskan bahwa kondisi jembatan gantung yang tidak layak lintas menghambat segala aktivitasnya serta menyita waktu rutinitas.

"Tentu saja, kondisi ini menghambat efisiensi waktu. Selain saya, banyak siswa dari Kampung Cigirang ke Kampung Pamoyanan, termasuk yang bersekolah di madrasah dan sekolah menengah, yang menggunakan akses jalan ini," tambahnya.

Baca Juga: Bikin Polisi Kaget, Insiden Suami Tabrak Mobil Istri di Sukabumi Ternyata Dipicu Api Cemburu

Dengan kondisi jembatan gantung yang tidak layak digunakan akibat banjir dan longsor, Leni berharap pihak terkait segera memperhatikan dan memperbaiki jembatan tersebut.

"Harapannya, pemerintah atau pihak yang peduli segera membangun jembatan yang lebih layak dan aman," tandasnya.

Di tempat yang sama, pelajar kelas V SDN Cibadak Putri (12) mengatakan awalnya sempat takut melintas dengan cara bergelantungan di rangka jembatan gantung tapi sekarang sudah mulai terbiasa. Aksi nekat yang dilakukannya ini agar diri dan rekan-rekannya bisa menimba ilmu di sekolah.

Akan tetapi dirinya mengaku jika turun hujan deras terpaksa meliburkan diri demi keselamatan karena takut terjatuh ke sungai dan tenggelam. Bahkan, gurunya pun mengimbau kepada Putri dan rekannya agar tidak memaksakan diri berangkat ke sekolah khawatir celaka.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Trending