Aliran Sungai Citarum Jabar Tercemar Bahan Aktif Obat Membahayakan, BRIN Ungkap Penyebabnya

9 Juli 2024, 04:39 WIB
Sejumlah aktivis dan relawan dari Walhi Jawa Barat menaiki perahu untuk melihat kualitas air dari Sungai Citarum saat Aksi untuk Kualitas Air Sungai Citarum di Kabupaten Bandung, Jawa Barat //ANTARA/

PRFMNEWS - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan adanya kontaminasi bahan aktif obat atau APIs di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu di Jawa Barat. Fakta ini diketahui dari hasil penelitian tim Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN. Apa penyebabnya?

Peneliti Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Rosetyati Retno Utami menerangkan timnya menemukan aliran air di DAS Citarum Hulu terkontaminasi obat aktif kategori antibiotik Amoxicillin yang cukup besar kadarnya. Selain itu ditemukan juga cemaran obat Paracetamol.

Rosetyati Retno mengungkapkan penelitian dilakukan dengan penghitungan konsentrasi bahan aktif obat yang diminum, frekuensi penggunaan obat, jumlah obat yang dikonsumsi, dan berapa lama masa sakit responden dalam setahun.

Baca Juga: BRIN Temukan Kontaminasi Bahan Aktif Obat di Aliran Sungai Citarum

"Kemudian kami akan mengestimasi seberapa banyak dari rata-rata penggunaan itu dengan ekstrapolasi terhadap jumlah penduduk di suatu DAS. Hasilnya, untuk bahan kimia aktif dapat dilihat bahwa ternyata Paracetamol dan Amoxicillin menjadi APIs dengan penggunaan paling besar di DAS Citarum Hulu," kata dia di Jakarta, Senin 8 Juli 2024.

Terkait dugaan penyebab atau sumber cemaran bahan aktif obat Paracetamol dan Amoxicillin, dia menjelaskan, bisa masuk ke dalam Sungai Citarum dari kegiatan peternakan yang dinilai banyak menggunakan obat-obatan dan hormon yang bertujuan meningkatkan hasil peternakan.

Selain itu bisa juga dari penggunaan obat rumah tangga, industri, dan sistem pengelolaan limbah obat di rumah sakit yang mungkin terdapat kebocoran, sehingga dapat mengakibatkan masuknya obat ke ekosistem akuatik.

Ia menambahkan penanganan masyarakat setempat atas penggunaan bahan aktif obat tersebut dinilai masih kurang, sehingga menimbulkan risiko membahayakan saat terjadi pencemaran ekosistem akuatik.

"Jika terjadi kontaminasi di perairan/ekosistem akuatik, tentu saja akan membahayakan bagi organisme akuatik dan juga kesehatan manusia," ujarnya.

Baca Juga: Ibu dan Anak Ditemukan Tewas di Bantaran Sungai Citarum

Merespons temuan tersebut, Plt Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Luki Subehi menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat terkait perilaku penggunaan obat, khususnya praktik pembuangan obat yang sudah tidak lagi terpakai.

Menurut Luki, tingkat populasi masyarakat yang tinggi di wilayah sekitar DAS menjadikan hal tersebut menjadi penting agar tidak menambah faktor-faktor yang dapat mencemari sungai.

"Dengan informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pola perilaku yang tidak mencemari badan air/sungai dan praktik yang lebih baik dalam pengelolaan limbah obat-obatan," paparnya. ***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Trending