Terdampar, Ratusan Pengungsi Rohingya Dikarantina Pemerintah Bangladesh

- 10 Mei 2020, 08:14 WIB
Seorang pengungsi pria Rohingya menarik seorang anak kecil saat mereka berjalan ke pantai setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar dengan kapal melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Minggu (10/9/2017).*
Seorang pengungsi pria Rohingya menarik seorang anak kecil saat mereka berjalan ke pantai setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar dengan kapal melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Minggu (10/9/2017).* /ANTARA/REUTERS/Danish Siddiqui/aa.

BANDUNG,(PRFM) - Angkatan Laut Bangladesh telah menyelamatkan sekitar 280 Muslim Rohingya dari Teluk Benggala dan menarik kapal mereka yang terdampar.

Para warga Rohingya itu dibawa ke sebuah pulau, tempat mereka akan dikarantina sebagai tindakan pencegahan wabah virus corona.

Perahu kayu reyot itu terlihat pada Kamis (7/5/2020) pagi di perairan Bangladesh, dan dibawa ke Bhasan Char, sebuah pulau dataran rendah di lepas pantai selatan, tempat pemerintah membangun perumahan dan tempat perlindungan dari topan.

"Mereka kelaparan dan kami telah memberi mereka makanan dan air," kata seorang perwira angkatan laut, yang tidak bersedia disebutkan namanya.

"Rencananya adalah menahan mereka di karantina rumah selama 14 hari. Nanti pemerintah akan memutuskan."

Baca Juga: Nenek Moyang Kita di Tahun 669 Masehi Ternyata Sudah Praktikan Mitigasi Bencana

Angkatan laut dan patroli pantai bersiaga untuk kapal-kapal lain di perairan Bangladesh, yang tidak dapat menemukan jalan mereka saat kondisi laut memburuk akibat perubahan musim.

Pada Februari, Bangladesh tampaknya mundur dari rencana untuk menempatkan pengungsi Rohingya di Bhasan Char. Sikap itu mendapat kecaman keras dari PBB dan badan-badan bantuan.

Tetapi, ketakutan akan pandemi corona tampaknya telah membuat pihak berwenang Bangladesh untuk setidaknya menggunakan fasilitas di pulau itu untuk mengkarantina orang-orang perahu Rohingya yang diselamatkan.

Akhir pekan lalu, 29 orang Rohingya yang ditemukan di kapal lain yang terapung di laut juga dibawa ke pulau itu, yang sekarang memiliki penerangan listrik dan menara telepon seluler.

Perahu lain yang mendarat di pantai Bangladesh pada pertengahan April dipenuhi ratusan warga Rohingya yang kelaparan dan kurus. Korban selamat mengatakan puluhan orang meninggal di kapal selama berminggu-minggu di laut.

Baca Juga: Baru Diketahui, Balita Dua Tahun di Sumsel Meninggal dengan Covid-19

Lebih dari satu juta warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi yang luas di Bangladesh selatan.

Sebagian besar dari mereka tiba dari Myanmar pada akhir 2017 setelah menyelamatkan diri dari penumpasan militer, yang menurut PBB dilakukan dengan niat genosida.

Militer membantah genosida dan mengatakan mereka melakukan gerakan penindakan yang sah terhadap para pemberontak yang menyerang pos polisi.

Setiap wabah virus corona di kamp-kamp, tempat orang-orang hidup dalam kondisi yang sempit dan buruk, akan menjadi mimpi buruk bagi lembaga bantuan dan otoritas Bangladesh.

Selama bertahun-tahun, warga Rohingya, yang lari menyelamatkan diri dari penganiayaan di Myanmar atau kemiskinan kamp di Bangladesh, telah melakukan perjalanan laut yang berbahaya ke selatan dengan harapan bisa mencapai Thailand atau Malaysia.

Baca Juga: Awak Bus AKAP di Tasikmalaya Menjerit Akibat Kebijakan PSBB

Pada 2015, ratusan warga Rohingya meninggal setelah penindakan keras di Thailand menyebabkan penyelundup meninggalkan para pengungsi itu di laut.

PBB telah mendesak pemerintah untuk membiarkan kapal-kapal itu mendarat, tetapi pemerintah-pemerintah Asia Tenggara telah memperketat perbatasan mereka untuk mencegah virus corona baru.

Bahkan di Malaysia, yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim, simpati terhadap pengungsi Rohingya tampaknya telah terkikis.

Salah satu sosok yang menjadi target kelompok anti-Rohingya adalah Zafar Ahmad Abdul Ghani, seorang aktivis Rohingya yang harus menonaktifkan akun Facebook-nya setelah dibanjiri komentar marah dan ancaman kematian.

Reaksi tersebut dipicu oleh tuduhan bahwa ia menuntut kewarganegaraan Malaysia bagi para warga Rohingya.

Malaysia bulan lalu mengusir sebuah kapal yang diduga membawa 200 pengungsi Rohingya. Malaysia juga telah menangkap beberapa orang, yang diyakini sebagai warga Rohingya, karena dicurigai melakukan perdagangan migran ilegal.

Malaysia belum mengatakan apakah akan menerima lebih banyak warga Rohingya ke negaranya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: Permenpan RB REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x