Pemerintah Akan Reaktivasi Jalur Kereta Api Cipatat-Padalarang, Kaji Rute Baru Stasiun Cipatat-Sasaksaat

Penulis: TIM PRFM
Editor: Rian Firmansyah
Nostalgia perjalanan dengan Kereta Api Patas Bandung Raya, layanan yang menjadi andalan warga Bandung Raya selama bertahun-tahun
Nostalgia perjalanan dengan Kereta Api Patas Bandung Raya, layanan yang menjadi andalan warga Bandung Raya selama bertahun-tahun /Dera Restu/Wikipedia

BANDUNG, PRFMNEWS - Jalur kereta api antara Cipatat-Padalarang di wilayah Kabupaten Bandung Barat akan kembali diaktifkan. Pengaktifkan dilakukan dengan membuat jalur alternatif baru.

Hal itu disampaikan Kepala Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Bandung Endang Setiawan dalam keterangan tertulis, Kamis 26 September 2024.

"Reaktivasi Jalur KA (kereta api) Cipatat - Padalarang telah tercantum dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional hingga Tahun 2030 sesuai dengan KM 296 Tahun 2020," katanya.

Endang menjawab pertanyaan "PR" yang dikirimkan beberapa hari sebelumnya. Jalur tersebut sudah tak dipakai untuk perlintasan kereta api selama bertahun-tahun. Kendati akan diaktifkan, ada perubahan jalur yang nanti akan digunakan. Hal itu lantaran pertimbangan perlintasan lama medannya terbilang berat.

Baca Juga: Update Terkini Pembangunan Flyover Nurtanio yang Ternyata Hadapi Kendala

Jalur rel lama Cipatat-Padalarang memiliki‎ kelandaian yang curam hingga 40 per mil. Selain itu, banyak lengkungan dengan radius kecil (150 meter) sehingga dapat berpengaruh pada faktor kenyamanan dan keselamatan operasi kereta api di jalur tersebut. Untuk itu, opsi jalur baru pun muncul.

"Saat ini sedang dilakukan kajian teknis untuk alternatif jalur baru dari Stasiun Cipatat ke arah Stasiun Sasaksaat," ucap Endang.

Saat ini, lanjunya, opsi jalur baru itu sedang dalam proses penyusunan Detailed Engineering Design. Sementara itu, Lutfah (25), warga Desa Nanggeleng, Kecamatan Cipeundeuy, KBB mendukung rencana itu.

Dengan adanya jalur tersebut, Lutfah memiliki alternatif lain untuk bepergian menggunakan sepur. Selama ini, untuk bepergian ke Bandung atau Padalarang, Lutfah memakai kereta api dari Stasiun Rende.

‎Selain medan yang sulit, lintasan jalur sepur Cipatat-Padalarang baheula juga rawan bencana alam. Pemberitaan koran berbahasa Belanda, ‎ Het Nieuws Van Den Dag voor Nederlandsch-Indië pada 19 Oktober 1911 menuliskan tersumbatnya lalu lintas kereta api antara Sukabumi dan Padalarang di titik Cipatat. ‎

"Gempa ganda terjadi di Tjipatat dan Tagogapoe, antara pos kilometer 128 dan 129 dan dekat pos kilometer 125," tulis koran tersebut. Namun, koran tersebut tak merinci dampak gempa sehingga jalur itu putus apakah karena longsor atau kerusakan lainnya.

Baca Juga: KPU Jabar Larang Paslon Pilgub Jabar 2024 Pasang APK di Titik Ini

Haagsche Courant terbitan 24 Januari 1935 dengan mengutip Aneta lebih jelas lagi dengan menyebutkan hancurnya jalur tersebut akibat cuaca buruk.‎ "Akibat hujan deras, rel KA antara Tjipatat dan Radjamandala hancur di sepuluh tempat," tulis Haagsche Courant. Akibatnya, lintasan itu putus sepenuhnya selama lima hari.

Catatan seorang musafir yang berangkat dari Buitenzorg (Bogor) ke Bandung juga merekam kesengsaraannya melewati jalur Cipatat yang bermasalah sebagaimana warta ‎ De Sumatra Post pada 25 Januari1911.

Alih-alih tiba di Bandung, perjalanan sang musafir terganjal kerusakan lintasan 11 kilometer antara Cipatat dan Tagogapu yang ditengarai karena gempa bumi. Kesengsaraan pelancong tersebut bertambah karena kepala stasiun dan warga lokal juga tak bisa memberikan jawaban bagaimana para penumpang melanjutkan perjalanan.

"Tidak ada gerobak, tidak ada yang memberi informasi, nte nyaho, tidak tahu," tulis musafir itu sembari menyisipkan bahasa Sunda terkait jawaban atas pertanyaan penumpang bagaimana melanjutkan perjalanan. Akhirnya, para penumpang bisa melanjutkan perjalanan ke Tagogapu dengan menggunakan truk. (Bambang Arifianto/PR)***


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub