4 Alasan Pakar Sebut Tol Dalam Kota Bandung Tidak Akan Selesaikan Masalah Kemacetan

Penulis: Agung Tri Nurcahyo
Editor: Rian Firmansyah
ilustrasi jalan Tol Dalam Kota Bandung
ilustrasi jalan Tol Dalam Kota Bandung /

BANDUNG, PRFMNEWS – Jalan Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dikatakan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono akan dibangun mulai tahun 2024. Menteri PUPR berharap keberadaan BIUTR bisa bantu mengurai kemacetan lalu lintas di ruas-ruas jalan Kota Bandung.

“Untuk mengatasi kemacetan di Kota Bandung, kami sepakat melanjutkan BIUTR. Kami akan memulai proses untuk membantu percepatan pembangunan tol yang sudah mangkrak hampir 17 tahun ini dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Jadi kita lelangkan segera, kita meneruskan," kata Menteri Basuki di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Rabu 28 Februari 2024.

Pakar transportasi dari Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Institut Teknologi Bandung (ITB), Aine Kusumawati turut menanggapi rencana pembangunan Tol Dalam Kota Bandung pada 2024 yang diharapkan pemerintah dapat mengatasi kemacetan di Kota Bandung.

Baca Juga: Jalan Tol Dalam Kota Bandung Dibangun Tahun 2024 Sepanjang 27,3 Km, Rutenya Akan Lintasi Wilayah Ini

Aine Kusumawati berbeda pandangan terkait hal tersebut. Menurutnya, membangun Tol Dalam Kota Bandung tidak akan membantu mengurangi kemacetan lalu lintas yang saat ini sudah semakin parah terjadi di Kota Bandung.

“Jalan tol (dalam Kota Bandung) itu tidak akan menyelesaikan masalah (kemacetan),” ucapnya dalam keterangan tertulis di laman resmi ITB, dikutip pada Sabtu 17 Agustus 2024.

Ada empat alasan, menurut Aine, yang membuat kenapa Tol Dalam Kota Bandung dengan desain rute awal menghubungkan Gerbang Tol (GT) Pasteur hingga Gedebage melewati kawasan Surapati dan Cicaheum, tidak akan mengatasi kemacetan di Kota Bandung.

Alasan pertama, jelasnya, proyek Tol Dalam Kota Bandung hanya berupa solusi jangka pendek lantaran dalam beberapa tahun ke depan, kapasitas maksimal jalan akan semakin terpenuhi dan kemacetan bakal muncul kembali.

“Dengan dibangunnya tol pun, kemungkinan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi akan semakin meningkat,” ujarnya.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS Dimulai 20 Agustus 2024, MenPAN RB Sebut 60.000 Formasi akan Ditempatkan di IKN

Alasan kedua, dari komposisi lalu lintas, jalanan di Kota Bandung lebih didominasi kendaraan roda dua atau sepeda motor. Sementara proyek BIUTR yang akan dibangun, sebutnya, tidak ditujukan bagi pengguna kendaraan roda dua.

Alasan ketiga, lanjutnya, meninjau rute yang akan dibangun, tidak semua pengguna kendaraan roda empat atau mobil akan memanfaatkan BIUTR karena keterbatasan rute yang dimiliki. Hal tersebut mengindikasikan infrastruktur ini hanya akan mengatasi sebagian kecil dari akar masalah kemacetan di Kota Kembang.

Alasan keempat, keberadaan BIUTR dinilainya justru akan makin mendorong minat masyarakat menggunakan kendaraan pribadi. Sebab merasa ketersediaan akses jalan yang semakin bertambah. Terlebih, selama proses konstruksi akan memicu kemacetan yang semakin parah pada ruas-ruas jalan sepanjang rute.

“Saat jalan tol sudah jadi, bukan berarti dia akan menyelesaikan masalah, karena yang berpindah mungkin tidak banyak. Tapi, bayangkan nanti kalau ada lalu lintas yang di-generated oleh jalan tol tersebut. Orang-orang yang tadinya nggak kepikiran naik mobil, mungkin jadi naik mobil,” ungkapnya.

Keberadaan prasarana baru tersebut, tambahnya, diprediksi akan mengubah pola pergerakan masyarakat sehingga beban lalu lintas baru di daerah-daerah yang dihubungkan oleh BIUTR justru akan muncul, dan kapasitas jalan akan tercapai. Pada akhirnya, kemacetan akan timbul kembali.

“Kita tidak bisa terus-menerus menyediakan prasarana untuk mengakomodasi demand yang ada. Demand akan terus meningkat. Kalau demand terus meningkat, berarti kita harus terus membangun jalan baru,” tuturnya.

Baca Juga: Bandung Punya Jembatan ‘Glow in The Dark’ yang Jadi Ikon Baru di Kawasan Braga

Adapun solusi yang lebih tepat untuk mengatasi kemacetan di Kota Bandung menurutnya adalah angkutan massal. Kendala yang mungkin dihadapi dalam membangun fasilitas angkutan umum massal adalah biaya dan kondisi eksisting jalanan di Kota Bandung.

Badan jalan yang kecil tidak memungkinkan dibangunnya jalur khusus untuk transportasi umum setipe busway di Jakarta. Selain itu, transportasi umum eksisting seperti angkot dan Trans Metro Bandung (TMB) dinilai kurang efektif untuk dikembangkan karena jaringan jalan Kota Bandung sudah terlalu padat.

“Oleh karena itu, dibutuhkan angkutan umum massal yang memiliki jalur sendiri berupa jalur elevated (di atas permukaan tanah) dengan tipe transportasi Light Rail Transit (LRT). Dengan dikembangkannya fasilitas transportasi umum yang layak dan memadai, masyarakat lambat laun akan beralih sepenuhnya ke transportasi umum dan masalah kemacetan di Kota Bandung akan teratasi,” jelasnya.

Namun jika proyek BIUTR jadi dibangun, imbaunya, diperlukan feasibility study (studi kelayakan) terbaru yang dapat menunjukkan bahwa benefit yang diberikan oleh tol tersebut secara signifikan dapat dirasakan masyarakat Kota Bandung.

“Studi kelayakan ini meliputi trase, jumlah lalu lintas yang berpindah menggunakan tol, hingga analisis ekonomi mengenai perbandingan biaya investasi dan manfaat tol,” paparnya.***


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub