Fakta Unik dan Sejarah Jalan Asia Afrika Bandung yang Belum Banyak Diketahui

7 September 2024, 15:00 WIB
Penutupan jalan Asia Afrika Kota Bandung hari ini Selasa, 25 Oktober 2022. /prfmnews/

BANDUNG, PRFMNEWS - Jalan Asia Afrika merupakan kawasan wisata bersejarah dan populer di kalangan wisatawan, menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan acara internasional tahunan.

Kawasan ini dikenal dengan nuansa tempo dulu yang estetik dan kaya sejarah, terutama karena bangunan-bangunan bergaya Art Deco klasik yang menghiasi area tersebut.

Bangunan Art Deco ini menjadi favorit para pengunjung untuk berfoto, serta sering digunakan sebagai lokasi pemotretan prewedding, syuting film, dan berbagai kegiatan lainnya. Wisatawan lokal dan mancanegara, khususnya dari Belanda, sering datang ke sini untuk bernostalgia.

Baca Juga: Bikin Nasi di Rumah Boros, Ini Resep Tumis Jamur Kemangi Ala Chef Devina Hermawan

Selain itu, di Jalan Asia Afrika terdapat JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) dengan desain yang unik dan artistik. Di spot JPO tersebut, terdapat kutipan dari M.A.W Brouwer yang berbunyi, "Bumi Pasundan Lahir Ketika Tuhan Sedang Tersenyum," menggambarkan keindahan kota Bandung.

Jalan Asia Afrika di Bandung tidak hanya dikenal sebagai saksi sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955, tetapi juga sebagai kawasan wisata bersejarah dengan berbagai tempat menarik dan deretan kuliner di sekitarnya. 

Sejak masa kolonial Belanda, jalan ini sudah menjadi jalur utama di Bandung dan semakin terkenal berkat KAA yang dihadiri oleh negara-negara dari Asia dan Afrika pada tahun 1955.

Dibangun pada masa pemerintahan Daendels, Jalan Asia Afrika adalah salah satu ruas protokol tertua di Bandung dan menjadi bukti adanya kerja paksa (rodi) bagi pribumi dalam pembangunan Jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 km.

Sebelum dikenal sebagai Jalan Asia Afrika, jalan ini dulunya disebut Groote Postweg atau Jalan Raya Pos, karena terdapat Gedung Raya Pos atau Kantor Pos Besar milik Belanda yang hingga kini masih beroperasi.

Setelah berakhirnya masa kolonial Belanda, jalan ini sempat dikenal sebagai Jalan Raja Timur. Namun, pada tahun 1955, saat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika (KAA) dari 18 hingga 24 April, nama Jalan Raja Timur secara resmi diubah menjadi Jalan Asia Afrika.

Baca Juga: Silaturahmi Ridwan Kamil ke Bamus Betawi Sempat Diwarnai Insiden Penolakan

Jalan ini juga dikenal sebagai titik 0 kilometer, yang menandai awal perkembangan Kota Bandung. Itulah sejarah nama Jalan Asia Afrika, yang menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah KAA dan kawasan wisata tempo dulu yang penuh estetika.

Fakta Menarik Jalan Asia Afrika

Dalam buku "Telusur Bandung," Febriana dan Teguh Amor menjelaskan bahwa Jalan Asia Afrika merupakan salah satu segmen dari Jalan Raya Pos (de Groote Postweg), yang memiliki panjang sekitar 1.000 km.

Jalan Raya Pos menghubungkan kota-kota seperti Anyer, Batavia, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, dan kota-kota di sepanjang pantai utara Pulau Jawa menuju timur hingga Panarukan.

Pembangunan Jalan Raya Pos merupakan proyek besar yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Hermann Willem Daendels, dan dilaksanakan antara tahun 1808 hingga 1811.

Jalan Asia Afrika sendiri menjadi saksi bagi tahap awal pembangunan Kota Bandung. Beberapa gedung di jalan ini memiliki nilai historis dan prestisius, seperti Savoy Homann (hotel pertama di Bandung) dan Gedung Merdeka (dahulu gedung klub pertama di Bandung dan tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika).

Baca Juga: Rangking FIFA Timnas Indonesia Seusai Tahan Imbang Arab Saudi Melesat ke Peringkat 131

Jalan Asia Afrika melintang secara horizontal, membagi Bandung menjadi wilayah utara dan selatan. Pada masa kolonial, wilayah utara umumnya diperuntukkan bagi warga Eropa, sementara wilayah selatan dialokasikan bagi warga pribumi, termasuk Jawa, Sunda, dan lainnya.

Pembagian wilayah ini diterapkan oleh pemerintah kolonial untuk mempermudah administrasi, dengan memisahkan antara pemerintahan pribumi dan pemerintahan Hindia Belanda, yang menjadi ciri khas kota kolonial di Indies.***

Author: Alfiani Nurul Fauziah/Job Training

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Trending